Teori Perkembangan (Psikologi Perkembangan) - Rangkuman

Teori perkembangan

Dalam mengembangkan pendidikan karakter serta memaksimalkan potensi peserta didik, guru harus memahami terlebih dahulu tahap – tahap perkembangan siswa sehingga materi dan metode yang dipilih guru sesuai dengan karakteristik siswa dan tahap perkembangannya.

Patut disadari bahwa peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh perkembangannya. Untuk itulah guru harus menguasai psikologi perkembangan.

Terdapat dua metode yang digunakan dalam meneliti perkembangan manusia pada psikologi perkembangan, yaitu longitudinal dan cross sectional. 

Metode longitudinal melakukan penelitian pada satu atau banyak orang yang sama usia dalam kurun waktu yang lama sejak pra sekolah sampai dewasa. Setiap tahap perkembangan yang dilalui anak di amati. 

Walaupun hasilnya lebih meyakinkan, kelemahan metode ini adalah lamanya waktu penelitian. Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada metode longitudinal, maka muncul metode cross sectional. 

Pada metode ini, peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang sama. 

Namun demikian, walau dari sisi waktu lebih singkat, penelitian dengan metode cross sectional harus penuh kehati-hatian dalam mengambil kesimpulan karena objek penelitian yang memiliki karakteristik yang berbeda.

Pendekatan dalam psikologi perkembangan terdiri dari pendekatan menyeluruh dan pendekatan khusus. 

Pada pendekatan menyeluruh, manusia sebagai satu kesatuan jasmani dan rohani serta berbagai aspek lain di analisis seluruhnya dan tidak memfokuskan hanya pada beberapa aspek tertentu saja. 

Sedangkan pada pendekatan khusus, analisis dilakukan dengan memfokuskan pada aspek tertentu saja seperti aspek fisik saja, aspek moral saja, aspek emosi saja dan sebagainya.

Terdapat banyak teori perkembangan yang didalamnya dibedakan kedalam teori menyeluruh dan teori khusus. 

Beberapa teori yang termasuk teori menyeluruh antara lain teori yang dikemukakan oleh J.J. Rosseau, Stanleyy Hall, dan Havigurst. 

Sedangkan teori khusus antara lain teori yan dikemukakan oleh Jean Piaget yang memfokuskan pada ranah kognitif, Lawrence Kohlberg memfokuskan pada kognitif moral atau moral reasoning, dan E.H. Erickson yang memfokuskan pada perkembangan psikososial anak.

Teori Perkembangan J. J Rousseau


Perkembangan anak menurut J.J Rousseau terbagi menjadi empat tahap yaitu :

1) Masa bayi infancy (0-2 tahun), perkembangan fisik lebih dominan dibanding aspek lain

2) Masa anak / childhood (2 – 12 tahun), selain fisik, mulai muncul kemampuan berbicara, berpikir, intelektual, moral dan sebagainya namun masih pada tahap sederhana.

3) Masa remaja awal /pubescence (12 – 15 tahun), perkembangan intelektual dan kemampuan bernalar berlangsung pesat disebut juga masa bertualang

4) Masa remaja / adolescence (15 – 25 tahun), perkembangan pesat terjadi pada aspek seksual, social, moral, dan nurani.

Teori Perkembangan Stanley Hall


Sedangkan Stanley Hall dalam kajian ilmiahnya tentang siklus hidup (life span) berteori bahwa perubahan menuju dewasa terjadi dalam sekuens (urutan) yang universal, bagian dari proses evolusi, parallel dengan perkembangan psikologis, dengan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya perubahan tersebut. 

Tahap perkembangan menurut Hall sebagai berikut :

1) Masa kanak – kanak / infancy (0-4 tahun)
2) Masa anak / childhood (4-8 tahun)
3) Masa puber / youth (8-12 tahun)
4) Masa remaja / adolescence (12 – dewasa)



Teori Perkembangan Robert J. Havigurst


Selanjutnya Robert J. Havigurst mengembangkan konsep development task (tugas perkembangan) yang menggabungkan antara dorongan tumbuh / berkembang sesuai dengan kecepatan pertumbuhannya dengan tantangan dan kesempatan yang diberikan lingkungannya. 

Menurut teori ini, terdapat sepuluh tugas perkembangan yang harus dikuasai pada setiap fase perkembangan. Berikut tahap perkembangan menurut Havigurst yaitu :

1) Masa bayi (0 – ½ tahun)
2) Masa anak awal (2/3 – 5/7 tahun)
3) Masa anak (5/7 tahun – pubesen)
4) Masa adolescence awal (pubesen – pubertas)
5) Masa adolescence (pubertas – dewasa)


Teori Perkembangan Jean Piaget


Berikutnya Jean Piaget mengemukakan teori khusus tahap perkembangan dengan memfokuskan kajian pada aspek perkembangan kognitif. Ia membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap sebagai berikut :

1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun), kemampuan anak masih terbatas pada gerak reflex, bahasa awal dan ruang waktu sekarang saja

2) Tahap pra operasional (2-4 tahun), anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus terbatas, kemampuan bahasa berkembang, berpikir statis, belum berpikir abstrak, dan persepsi waktu dan ruang masih terbatas.

3) Tahap operasional konkret (7 – 11 tahun), anak sudah mampu menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi.

4) Tahap operasional formal (11-15 tahun), anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi

Teori Perkembangan Lawrence Kohlberg


Sedangkan Lawrence Kohlberg focus pada koginitf moral atau moral reasoning. Kemampuan kogintif moral diukur dengan menghadapkannya pada dilemma moral hipotesis tekait dengan kebenaran, keadilan, konflik terkait aturan dan kewajiban moral. 

Perkembangan moral kognitif anak terbagi menjadi tiga tahap yaitu:

1) Preconventional moral reasoning terdiri dari :
- Obidience and punishment orientation, benar salah dilihat dari hukuman dan kepatuhan
- Naively egoistic orientation, perbuatan benar jika memuaskan keinginan sendiri

2) Conventional moral reasoning terdiri dari :
- Good boy orientation, perbuatan baik adalah yang menyenangkan, membantu dan disepakati orang lain
- Authority and social order maintenance orientation, orientasi pada aturan dan hukum dalam mencegah kekacauan system. Hukum dan printah penguasa adalah mutlak dan final.

3) Post conventional moral reasoning terdiri dari :
- Contractual legalistic orientation, orientasi anak pada kontrak social sebagai bentuk kesepakatan mayoritas masyarakat dengan menyadari bahwa hukum hanya instrument yang dapat diubah jika hukum gagal
- Conscience or principle orientation, orientasi pada prinsip – prinsip etika yang bersifat universal


Teori Perkembangan Erick Homburger Erickson


Selanjutnya Erick Homburger Erickson memfokuskan pada psiko sosial anak. Dalam perkembangannya, anak melewati delapan tahap yang disebut siklus kehidupan (life cycle) yang ditandai adanya krisis psikososial tertentu. 

Tahapannya sebagai berikut :

1) Basic trust vs mistrust (0-1 tahun), anak mencari rasa aman dan nyaman

2) Autonomy vs shame and doubt (2 -3 tahun), anak tidak ingin sepenuhnya bergantung pada orang lain

3) Intiative vs guilt (3-6 tahun), anak mulai tumbuh inisiatif yang membutuhkan dorongan dan bimbingan orang dewasa

4) Industry vs inferiority (7 – 12 tahun), anak sibuk melakukan aktivitas yang mendapat hasil dalam waktu dekat

5) Identity vs role confusion (12 – 18 tahun), dihadapkan pada kondisi pencarian identitas

6) Intimacy vs isolation (20 tahunan), menyadari perlunya ruang privasi

7) Generativy vs stagnation (20 – 50 tahun), munculnya rasa tanggungjawab atas generasi yang akan datang

8) Ego integrity vs despair (>50 tahun), intropeksi dengan mereview perjalanan kehidupan yang dilalui.

Demikian, semoga bermanfaat ....

No comments:

Post a Comment