Beberapa Kesalahan Penulisan Ejaan Dalam Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah baik skripsi, tesis, disertasi atau yang lainnya tentu harus disusun dengan menggunakan bahasa ilmiah atau bahasa akademik, yaitu bahasa yang menerapkan dengan konsisten kaidah pemakaian ejaan, penggunaan diksi, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, dan penataan penalaran yang logis dan sistematis. Bahasa akademik yang dimaksud adalah bahasa berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pemakaiannya oleh Presiden Republik Indonesia dalam Sidang Paripurna DPR pada 16 Agustus 1972.

Walaupun penggunaan EYD sudah cukup lama, namun masih banyak kaidah ejaan yang belum dipahami oleh masyarakat pengguna bahasa, dan belum diterapkan secara konsisten dalam tulisan - tulisan, terutama tulisan ilmiah. 

Sebagai contoh pada bab v apakah penulisan yang benar "kesimpulan" atau "simpulan". Kedua kata ini sering dijumpai dalam beberapa tulisan ilmiah. Atau penggunaan kata survey, survei, atau survai. Berikutnya kesalahan dalam penulisan kata "di" sebagai kata depan atau sebagai awalan sering kali dipertukarkan antara keduanya.

Berikut ini akan diuraikan beberapa kesalahan kaidah ejaan yang sering ditemukan dalam sebuah karya tulis ilmiah yaitu :

Kesalahan penulisan Unsur Serapan

Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina dan Inggris. 

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. 

Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan l'exlpoitation de 1'homme par l'homme. Unsur - unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. 

Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, teoretis, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar, teori dan object. 

Berikut beberapa kata asing yang kadang dipertukarkan penggunaannya sehingga menjadi sebuah kesalahan :

Kata Asing
Penyerapan Benar
Penyerapan Salah
risk
system
technique
technologie
method
frequency
practical
percentage
conduite
kuitantie
qualiteit, quality
management
coordination
legalization
survey
carier
mass media
ambulance
hypotesis
analysis
patient
activity, activiteit
solidarity
complex
psychology
efficient
presidential
taxi
apotheek
Februari
November
risiko
sistem
teknik
teknologi
metode
frekuensi
praktik
persentase
konduite
kuitansi
kualitas
manajemen
koordinasi
legalisasi
survey
karier
media massa
ambulans
hipotesis
analisis
paisen
aktiv, aktivitas
solidaritas
kompleks
psikologi
efisien
presidensial
taksi
apotek
Februari
November
resiko
sistim
tehnik
tehnologi
metoda
frekwensi
praktek
prosentase
kondite
kwitansi
kwalitas
managemen
koordinir
legalisir
survai
karir
mass media
ambulan
hipotesa
analisa
pasen
aktip, aktifitas
solidariteit
komplek
psikology
effisien
presidentil
taxi
apotik
Pebruari
Nopember

Di bawah ini juga beberapa kata yang sering digunakan dalam karya tulis ilmiah dan sering kali salah menuliskannya :

Bentuk Baku
Bentuk Tidak Baku
simpulan
putusan
permukiman kumuh
sesuai dengan aturan
jadwal
esai
persentase
sistematika penulisan
standardisasi
secara teoretis
hakikat
keterampilan
daripada
antarpelaku
bergantung pada
kesimpulan
keputusan
pemukiman kumuh
sesuai aturan
jadual
esei
prosentase
sistimatika penulisan
standarisasi
secara teoritis
hakekat
ketrampilan
dari pada
antar pelaku
tergantung dari

Kesalahan pemakaian Huruf Kapital

Kesalahan penulisan ejaan dalam karya ilmiah berikutnya adalah masih banyak naskah yang menggunakan huruf kapital bukan pada tempatnya. 

Sebagai contoh kata Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Internasional, Asing, Agama, Surga dan Akhirat yang sering ditulis dengan huruf awal kapital, seharusnya ditulis dengan huruf awal kecil  saja karena tidak diikuti nama, sehingga menjadi sekolah dasar, sekolah menengah pertama, internasional, asing, agama, surga, dan akhirat

Namun jika kata di atas diikuti nama, misalnya sekolah dasar Cikeusal 1, maka harus di tulis dengan huruf awal kapital menjadi Sekolah Dasar Cikeusal 1.

Kesalahan penulisan huruf kapital juga terjadi pada kata yang seharusnya ditulis dengan huruf awal kapital, namun ditulis dengan huruf kecil, seperti Undang-undang dasar 1945 dan Badan usaha milik negara. Seharusnya, kata - kata tersebut ditulis dengan huruf-huruf awal kapital pada setiap kata karena merupakan dokumen resmi dan nama diri. Penulisan yang benar adalah Undang-Undang Dasar 1945 dan Badan Usaha Milik Negara.

Kesalahan penulisan di sebagai Kata Depan atau sebagai Awalan

Kata di bisa berfungsi sebagai kata depan atau sebagai awalan. Tidak jarang penulisan kata di sering dipertukarkan antara di sebagai kata depan dengan di sebagai awalan. Kata di berfungsi sebagai kata depan  menunjukan arah atau tempat dan merupakn jawaban atas pertanyaan di mana. Misalnya di mana anak itu bermain? Jawabannya : Di halaman.

Penulisan kata di sebagai kata depan harus dipisahkan dari kata yang mengiringinya, sedangkan penulisan di sebagai awalan harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengiringinya baik di- yang ditambah kata dasar maupun di- yang ditambah kata berimbuhan.

Sebagai Kata Depan
Sebagai Awalan
Bentuk Baku
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
Bentuk Tidak Baku
di sekolah
di atas
di dalamnya
di dunia
di belakang
di tempat berbeda
di tingkat sma
di samping
di berbagai jenjang
di pihak lain
di mana
disekolah
diatas
didalamnya
didunia
dibelakang
ditempat berbeda
ditingkat sma
disamping
diberbagai jenjang
dipihak lain
dimana
diharapkan
dipengaruhi
digunakan
disebabkan oleh
diberikan
ditawarkan
dikehendaki
direalisasikan
dilepaskan
dinyatakan
ditemukan

di harapkan
di pengaruhi
di gunakan
di sebabkan oleh
di berikan
di tawarkan
di kehendaki
di realisasikan
di lepaskan
di nyatakan
di temukan

Kesalahan penulisan ke sebagai Kata Depan atau sebagai Awalan

Seperti halnya kata di, kesalahan penulisan juga trejadi pada kata ke yang sering dipertukarkan antara kata ke sebagai kata depan dengan kata ke sebagai awalan. Sebagai kata depan, ke harus dituliskan secara terpisah, sebaliknya jika sebagai awalan harus dituliskan secara serangkai.

Kata ke sebagai kata depan biasanya menyatakan arah atau tujuan atas pertanyaan ke mana, seperti ke sana, ke atas, ke sini, ke samping, ke laut, ke udara, ke langit dan sebagainya. Sedangkan ke sebagai awalan tidak menunjukan arah atau tujuan, seperti ketua, kehujanan, kehendak, keinginan, kedinginan, kekasih dan sebagainya.

Kesalahan penulisan Peluluhan Bunyi k, p, s, t

Di dalam naskah karya tulis ilmiah sering dijumpai pembentukan kata yang tidak tepat. Salah satu kaidah bahasa Indonesia menyatakan bahwa jika kata dasar berbunyi awal /k/, /p/, /s/, /t/ ditambah imbuhan meng-, meng-...-kan, meng-...-i, peng-, atau peng-...-an, bunyi /k/, /p/, /s/, /t/ itu harus luluh atau lebur menjadi bunyi sengau. Kaidah itu juga berlaku bagi kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sekarang menjadi warga kosakata bahasa Indonesia.

Bentuk Baku
Bentuk Tidak Baku
mengalkulasikan
mengambinghitamkan
mengultuskan
memesona
menerjemahkan
menahapkan
menyukseskan
menargetkan
menyuplai
menyurvei
mengomunikasikan
memublikasikan
mengoordinasi
menaati
memengaruhi
penafsiran
penahapan
penargetan
penerjemahan
penyurvei
penyuksesan
penyuplai
penyabotan
pengultusan
mengkalkulasikan
mengkambinghitamkan
mengkultuskan
mempesona
menterjemahkan
mentahapkan
mensukseskan
mentargetkan
mensuplai
mensurvei
mengkomunikasikan
mempublikasikan
mengkoordinasi, mengkoordinir
mentaati
mempengaruhi
pentafsiran
pentahapan
pentargetan
penterjemahan
pensurvei
pensuksesan
pensuplai
pensabotan
pengkultusan

Kaidah di atas tidak berlaku bagi kata - kata serapan yang bunyi awal katanya berupa gugus konsonan, seperti sp, tr, kl, dan kr. Misalnya :

  • sponsor menjadi mensponsori atau pensponsoran
  • traktor menjadi mentraktor atau pentraktoran
  • klasifikasi menjadi mengklasifikasi atau pengkalsifikasian
  • kritik menjadi mengkritik atau pengkritikan
  • kristal menjadi mengkristal atau pengkristalan

Kesalahan penulisan Gabungan Kata

Penulisan gabungan kata ada yang harus dituliskan terpisah, ada juga yang dituliskan serangkai. Kesalahan penulisan gabungan kata seringkali terjadi dengan mempertukarkan yang seharunya dituliskan terpisah dengan dituliskan serangkai.

Contoh gabungan kata yang harus dituliskan terpisah, seperti tata bahasa, juru tulis, kerja sama, kambing hitam, tepuk tangan, anak emas, duta besar, dan beri tahu. Sedangkan contoh yang dituliskan serangkai jumlahnya sangat terbatas, seperti manakala, matahari, sekaligus, barangkali, daripada, bumiputra, apabila, bagaimana, saputangan, dan halalbihalal.

Ada lagi gabungan kata yang salah satu unsurnya merupakan bentuk yang tidak berdiri sendiri sebagai suatu kata yang mengandung arti penuh, tetapi bentuk itu merupakan unsur terikat yang selalu muncul dalam kombinasi. Gabungan kata seperti itu harus dituliskan serangkai. Misalnya :

Bentuk Baku
Bentuk Tidak Baku
amoral
saptakrida
antarwarga
subpanitia
antarkota
subseksi
dwiwarna
tunanetra
ekstrakurikuler
tunarungu
mahakuasa
monoteisme
purnawirawan
semiprofesional
purnasarjana
pascaperang

a moral
sapta krida
antar warga
sub panitia
antar kota
sub seksi
dwi warna
tuna netra
ekstra kurikuler
tuna rungu
maha kuasa
mono teisme
purna wirawan
semi profesional
purna sarjana
pasca perang


Kesalahan penulisan Gabungan Kata yang Berimbuhan

Kesalahan yang sering dijumpai berikutnya adalah ketika gabungan kata mendapat imbuhan ada yang harus ditulis tetap terpisah, ada juga yang harus dituliskan serangkai.

Apabila gabungan kata hanya memperoleh awalan, awalan itu harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya, tetapi kata pertama dengan kata kedua tetap dituliskan terpisah. Misalnya : me + sebar luas dituliskan menjadi menyebar luas atau ber + kerja sama dituliskan menjadi bekerja sama.

Demikian juga, jika gabungan kata itu memperoleh akhiran, yang dituliskan serangai itu hanya akhiran dengan kata kedua, sedangkan kata pertama tetap dituliskan terpisah. Misalnya hancur leburkan dan lipat gandakan.

Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus, maka penulisannya serangkai seluruhnya. Misalnya menyebarluaskan, dikerjasamakan, menghancurleburkan, dan dilipatgandakan.

Penulisan Partikel pun

Pada dasarnya, partikel pun yang mengikuti kata benda, kata kerja, kata sifat atau kata bilangan harus dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya karena pun di sana merupakan kata lepas.
Misalnya :
ayah pun
seratus pun
tingginya pun
ke mana pun
satu kali pun

Akan tetapi, kata-kata berikut ini pun harus dituliskan serangkai karena sudah dianggap padu benar. Kata-kata tersebut yaitu adapun, andaipun, bagaimanapun, kalaupun, ataupun, kendatipun, maupun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.

Penulisan Partikel per

Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', atau 'tiap' dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya :
per meter
per kapita
satu per satu
per kilogram
per Januari
per liter

Akan tetapi, per yang menunjukan pecahan atau imbuhan harus dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya :
lima tiga perdelapan
empat pertiga
dua pertiga
perempat final
satu perdua

Penggunaan Tanda Hubung (-)

Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan kata ulang. Perhatikan contoh berikut :
meloncat-loncat
gerak-gerik
sayur-mayur
bolak-balik
ramah-tamah
porak-poranda
berliku-liku
lauk-pauk

Tanda hubung juga harus digunakan antara huruf kecil dengan huruf kapital dalam kata berimbuhan baik awalan maupun imbuhan antara dua unsur kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya :
rahmat-Nya
di sisi-Nya
hamba-Mu
atas rahmat-Mu
se-Jawa Barat
se-Indonesia
non-RRC
KTP-nya

Antara huruf dan angka dalam satu ungkapan juga harus menggunakan tanda hubung. Misalnya : 
ke-2
ke-1
tahun 80-an

Jika dalam tulisan terpaksa menggunakan bahasa asing yang belum diserap, kemudian kata tersebut diberi imbuhan bahasa Indonesia, penulisannya diserangkaikan dengan tanda hubung. Dalam hubungan ini, kata asingnya perlu digarisbawahi atau dicetak miring. Misalnya :
men-charter
di-reccall
men-tackle

Demikian tulisan tentang beberapa kesalahan penulisan ejaan dalam karya tulis ilmiah ini dibuat agar kita bisa melakukan koreksi kembali atas kesalahan ejaan yang pernah dilakukan pada penulisan karya ilmiah sebelumnya.

Semoga bermanfaat ...

Sumber referensi :
Buku Panduan Penulisan Tesis Program Pascasarjana UNINDRA PGRI

5 comments:

  1. Terima kasih infonya. Sangat membantu semoga dapat memperbaiki kesalahan yang sering saya lakukan tak sengaja 😊

    ReplyDelete
  2. Terima kasih informasinya sangat bermanpaat.

    ReplyDelete
  3. Wah mantaap pak... Ini pelajaran yg sdh lama dan perlu dingatkn kembali.. trmksih ilmux

    ReplyDelete