Showing posts with label Artikel Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Artikel Pendidikan. Show all posts

Contoh Program Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) Pengurus OSIS

Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS merupakan organisasi kesiswaan yang berada di satuan pendidikan SMP atau SMA. OSIS dibentuk dalam rangka pembinaan kesiswaan yang ada di sekolah. Kepengurusan OSIS di satuan pendidikan bersifat independen atau tidak terikat/terdapat hubungan organisatoris dengan kepengurusan OSIS di satuan pendidikan yang lain. Hal ini sejalan dengan ide awal berdirinya OSIS agar organisasi kesiswaan tidak memiliki hubungan dengan organisasi diluar sekolah karena bisa mengarah kepada hal - hal bersifat politis.

Organisasi kesiswaan yang dikendalikan dari luar sekolah akan menyebabkan timbulnya loyalitas ganda, di satu pihak harus mengikuti aturan sekolah dan dilain pihak ia harus tunduk kepada organisasi siswa yang ada diluar sekolah. Atas dasar tersebut, maka pada tahun 1970 s.d 1972, beberapa pimpinan organisasi siswa sadar hal ini dapat menimbulkan perpecahan di dalam sekolah, maka mereka sepakat Organisasi Siswa Intra Sekolah ditata secara terarah dan teratur.
Pemberian materi LDKS didalam ruangan

Susunan Acara Dan Kata - Kata Pelantikan Pengurus OSIS SMP

Setiap sekolah pasti memiliki tradisi tersendiri dalam melakukan pelantikan Pengurus OSIS baru di sekolahnya. Tapi tidak jarang, Pembina OSIS atau Wakasek Kesiswaan yang baru menjabat belum begitu paham tata cara pelantikan Pengurus OSIS di sekolahnya. 


Berikut ini gambaran yang bisa dijadikan acuan dalam melakukan Palantikan Pengurus OSIS di Sekolah Menengah Pertama. Acuan ini tidak bersifat baku, sehingga bisa dimodifikasi sesuai keperluan.

Logo OSIS SMP

Dalam melantik Pengurus OSIS yang baru, biasanya para pengurus tersebut dibekali terlebih dahulu tentang apa saja yang menjadi tugas mereka melalui program Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS). 

Program ini disusun dalam membentuk karakter siswa agar mampu menjadi pemimpin yang baik di sekolahnya. Berbagai materi tentang kepemimpinan, berorganisasi dan materi lainnya disampaikan pada program ini melalui rangkaian kegiatan yang sudah disusun oleh Pembina OSIS. Waktu pelaksanaan LDKS tergantung kebijakan sekolah masing - masing disesuaikan dengan beban materi yang akan disampaikan. 

Untuk melihat contoh Program LDKS Klik Contoh Program Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS).

Bagaimana Meningkatkan Ingatan Menjelang Ujian?

Ujian atau tes pasti pernah dialami oleh setiap orang yang mengikuti pendidikan formal di sekolah Indonesia. Mulai dari tingkat dasar bahkan sampai perguruan tinggi. Berbagai macam bentuk ujian baik tertulis atau lisan dengan berbagai tujuan, sekedar mengukur ketercapaian pembelajaran hingga sebagai dasar memutuskan keberlanjutan ke jenjang yang lebih tinggi. Istilah ujian juga mungkin dibaurkan dengan istilah ulangan atau tes.

Tips Belajar Efektif

Setiap siswa berharap agar hasil ujian memuaskan dengan perolehan nilai yang tinggi. Tapi tidak jarang skor perolehan jauh dari kata memuaskan. Padahal sebelumnya sudah belajar mati - matian. Mengapa ini terjadi? Banyak faktor yang mempengaruhinya. Tapi pada intinya, persiapan menghadapi ujian masih kurang. Mungkin karena sebelumnya tidak memahami materi ujian, tidak mengulang apa yang akan diujikan, sampai pada sistem belajar kebut semalam (SKS). Ini yang sering dihadapi siswa kebanyakan. Lalu bagaimana agar skor ujian kita meningkat sementara waktu ujian begitu dekat? Beberapa situs lokal banyak memberikan tips cara belajar yang efektif menjelang ujian seperti yang ditulis pada situs belajarpsikolgi.com bahwa cara belajar efektif menjelang ujian adalah sebagai berikut :

Beberapa Alasan Mengapa Guru Memilih Menyusun Laporan PTK Dalam Publikasi Ilmiah

Sebaga tenaga profesional, publikasi ilmiah menjadi kewajiban bagi guru. Seperti pada tulisan terdahulu (lihat Jenis Publikasi Ilmiah), banyak jenis publikasi ilmiah yang bisa dijadikan pilihan guru. Dan salah satunya adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.
Pembelajaran dikelas

Saat ini, PTK menjadi primadona bagi guru dalam melaksanakan publikasi ilmiah. Selain karena dekat dengan pekerjaan utama guru, ternyata banyak alasan lain mengapa guru - guru lebih senang terhadap PTK dibanding jenis publikasi ilmiah yang lain. Berikut beberapa alasan mengapa memilih menyusun Laporan PTK dibanding jenis yang lain :

PTK Lebih Dekat Dengan Pekerjaan Guru

Menurut Undang - Undang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkjan, melatih, menilai, dan mengevaluasi  peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, tentu guru akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang harus diselesaikan. Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, guru melakukan berbagai tindakan yang dianggap perlu baik direncanakan atau tidak. Nah, jika tindakan - tindakan yang dilakukan tersebut dibakukan ke dalam sebuah penelitian, maka itulah yang disebut dengan PTK. Jadi sederhananya, PTK hadir sebagai solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan tugas guru.

Penelitian PTK Relatif Lebih Mudah Dibandingkan Jenis Penelitian Yang Lain

Walau pun PTK termasuk kategori karya ilmiah, tetapi sebagian peneliti menggolongkan PTK baru setengah penelitian ilmiah dengan berbagai argumen. Terlepas dari itu, PTK tetap dapat diakui sebagai karya ilmiah yang dapat memperoleh angka kredit. 
Karena masih setengah penelitian ilmiah, penyusunan laporan PTK relatif lebih mudah dibanding penelitian lain karena hanya mengungkapkan pengalaman atas tindakan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran. Guru hanya mengungkapkan tindakan - tindakan yang ia lakukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Tindakan - tindakan tersebut ia lakukan pada saat ia berinteraksi dengan siswa di kelas. Tindakan  yang ia lakukan di analisa melalui proses evaluasi yang kemudian direfleksikan pada pilihan tindakan pada pertemuan selanjutnya. Demikian seterusnya sampai dianggap bahwa tindakan tersebut dianggap berhasil. 

Angka Kredit PTK Cukup Besar

Angka kredit untuk PTK yang sudah diseminarkan di sekolah peraturan menteri pendidikan nasioanl nomor 35 tahun 2010 adalah 4. Angka ini cukup besar dibanding jenis publikasi ilmiah yang lain dengan kategori yag lebih sulit semisal buku BNSP, modul, diklat dan lain sebagainya. Jadi, dengan melihat mudahnya menyusun PTK dan angka kredit yang cukup besar, maka PTK menjadi begitu seksi di mata guru - guru. 

Kebanyakan Pengawas Menganjurkan PTK Dibandingkan Penelitian Lain

Berdasarkan pengalaman saya sebagai guru, ketika supervisi dilakukan oleh pengawas, mereka lebih sering menganjurkan untuk melakukan penelitian berupa PTK. Hal ini mungkin karena PTK seperti yang diungkapkan pada alasan sebelumnya yaitu berhubungan langsung dengan tugas pokok guru. Mereka menghendaki peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru sebagai implikasi dari penelitian tersebut. 

Penelitian PTK Tidak Mengganggu Tugas Guru

Karena penelitian dilakukan pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran, tentu saja tugas guru tidak akan terganggu. Penelitian ini seperti menyelam sambil minuma air. Penelitian jadi, pembelajaran menjadi lebih baik.

Biaya Penyusunan PTK Relatif Lebih Murah

Karena penelitian dilakukan dilokasi sendiri, tentu biaya penelitian akan semakin murah dibandingkan dengan penelitian ditempat lain. Biaya akan dibutuhkan hanya untuk keperluan ATK dan instrumen penelitian saja.

Demikian beberapa alasan mengapa guru lebih senang memilih PTK sebagai pilihan Publikasi Ilmiah yang ia lakukan.
Semoga bermanfaat
Allahualam

Contoh Laporan PTK IPS (Upaya Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi Berupa Internet Sebagai Media Pembelajaran Pada Pembelajaran IPS di SMPN 1 Cikeusal)

Berikut ini adalah contoh Laporan PTK yang sudah jadi. Sekali pun Laporan PTK ini belum sempurna, ini bisa dijadikan contoh sebagai dasar pembuatan Laporan PTK bagi pemula.
Untuk sistematika bisa disesuaikan apakah akan dibuat menjadi empat bab atau lima bab.

Pembelajaran Aktif
PTK yang berjudul "UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI  DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI BERUPA INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL  DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 CIKEUSAL" merupakan laporan hasil penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Cikeusal dengan objek penelitian adalah siswa kelas 9E yang terdiri dari 39 siswa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa :
  1. Penggunaan teknologi informasi berupa internet sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMPN 1 Cikeusal. Hal ini dapat dibuktikan dengan perolehan skor partisipasi pada pra siklus meningkat cukup signifikan pada siklus terakhir penelitian.
  2. Penggunaan teknologi informasi berupa internet sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Hal ini dibuktikan dari perolehan nilai rata – rata pada pra siklus yang hanya mencapai skor 40 meningkat signifikan menjadi 80 pada siklus terakhir penelitian ini.
  3. Penggunaan teknologi informasi berupa internet sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi belajar maupun hasil belajar siswa. Hal ini terbukti bahwa skor keduanya mengalami peningkatan yang signifikan dari pra siklus menjadi siklus terakhir penelitian. 


Untuk Laporan PTK yang lengkap silahkan download link di bawah ini :

BAGIAN AWAL LAPORAN PTK

BAGIAN ISI LAPORAN PTK

BAGIAN AKHIR LAPORAN PTK


Mangga di lihat laporan PTK di atas, semoga bisa dijadikan acuan. 
Semoga bermanfaat

Daftar Contoh Judul PTK

Berikut ini adalah contoh judul PTK yang mungkin bisa menginspirasi proses menyusun laporan PTK yang akan anda buat. Judul - judul ini saya ambil dari e-jurnal.com. Inilah contoh judul PTK :

  1. Peningkatan Pembelajaran IPA Dengan Aplikasi Model Research Based Learning Melalui Lesson Study Di Sekolah Dasar 
  2. Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Sosial Melalui Penerapan Metode Pemberian Tugas Kelompok
  3. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Problem Solving Pada Siswa Sekolah Dasar
  4. Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menggiring Bola Kaki Bagian Dalam
  5. Peningkatan Pemahaman Konsep Ibadah Ghairu Magdah Dengan Menerapkan Model Experiental Learning
  6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperative Tipe Take And Give
  7. Peningkatan Kemandirian dan Hasil Bel;ajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Mind Mapping Di Kelas V SD Swasta Setiabudi Abadi Perbaungan
  8. Pengaruh Pendsekatan Saintifik Dan Kepercayaan Diri Terhadap Hasil Belajar IPA
  9. Penerapan Siklus Belajar Berbasis Tri Pramana Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
  10. Penerapan Model Pembelajaran Iquiry Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktifitas  Dan Hasil Belajar IPA Kelas V SD
  11. Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Alat Peraga Kelistrikan Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Prakarya dan Kewirausahan Siswa Kelas X MIA 1 SMA Negeri 2 Singaraja Tahun 2014 / 2015
  12. Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Akuntansi Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Modul
  13. Penerapan Model Pemebalajaran Koperatif Tipe Team Assisted Individualization Berbantuan Lembar Kerja Siswa   Terstruktur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
  14. Penggunaan Media Audio Visual Pada Pembelajaran IPS Kelas IV SD
  15. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Quantum Teaching Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Prakarya dan Kewirausahaan
  16. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Metode Brainstorming
  17. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Dengan Tema Cita - citaku Melalui Metode Discovery
  18. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Group Resume
  19. Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Pada Praktek Pemasangan Instalasi Listrik Penerangan Bangunan Sederhana Kelas X TITLDi SMK Negeri Singaraja Guna Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
  20. Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa VII-5 SMP Lab UndikhsaSingaraja Melalui Model Talking Stick
Masih banyak ratusan contoh judul PTK lainnya yang mungkin bisa menginspirasi ketika menyusun PTK. Silahkan klik sendiri e-jurnal.com

Semoga bermanfaat 

Jenis Publikasi Ilmiah dan Angka Kreditnya

Wacana kenaikan pangkat secara otomotis empat tahun sekali masih terus bergulir sejak tahun 2015 yang lalu. Namun sampai sekarang, wacana tersebut belum juga direalisasikan. Pola - pola lama masih digunakan yaitu dengan sistrem pengajuan angka kredit.
Dalam mengajukan kenaikan pangkat, seorang PNS akan dihitung angka kreditnya untuk menentukan apakah dia layak atau tidak untuk naik pangkat. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai - nilai butir kegiatan yang harus dicapai oleh guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya. Angka kredit kenaikan pangkat diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010. 
Angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat setiap golongan adalah sebagai berikut :
angka kredit untuk tiap golongan
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa setiap kenaikan pangkat atau golongan ruang harus memenuhi angka kredit kumulatif minimal. Misal, seorang PNS golongan III/a akan mengajukan kenaikan pangkat menjadi III/b, maka angka kredit kumulatif minimal yang harus ia miliki adalah 150. Angka ini diperoleh dari angka kredit kumulatif III/a ditambah dengan angka kredit yang baru minimal 50. Atau dengan kata lain, seorang PNS golongan III/a yang ingin naik pangkat harus mengumpulkan minimal 50 poin angka kredit. Dari golongan III/b ke golongan III/c, maka harus mengumpulkan 50 poin angka kredit juga. Sedangkan jika ingin naik pangkat dari III/c ke III/d, angka kredit yang harus diperoleh untuk mencapai Angka Kredit Kumulatif Minimal 300 berarti harus mengumpulkan tambahan angka kredit sebesar 100 poin. Begitu seterusnya.

Angka kredit yang diperoleh bersumber dari Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang diadakan setiap tahunnya. Namun, yang harus menjadi perhatian, selain angka kredit dari PKG, PNS guru untuk golongan III/b ke atas diwajibkan melaksanakan Publikasi Ilmiah atau Karya Inovatif. Angka kredit minimal untuk Publikasi Ilmiah tiap golongan adalah sebagai berikut :
Tabel Keawjiban Publikasi Ilmiah Untuk Setiap Golongan
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa untuk golongan III/a tidak diwajibkan membuat publikasi ilmiah. Sedangan golongan III/b harus mengumpulkan 4 poin angka kredit Publikasi Ilmiah untuk bisa naik pangkat ke III/c. Berikutnya untuk golongan III/c harus mengumpulkan 6 poin angka kredit kumulatif untuk Publikasi Ilmiah jika akan mengajukan kenaikan pangkat ke III/d. Begitu seterusnya.

Selanjutnya mungkin akan timbul pertanyaan, Jenis Publikasi Ilmiah seperti apa yang akan mendapatkan poin angka kredit?. Publikasi Ilmiah yang akan mendapat angka kredit menurut Juknis Permendiknas No. 35 Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1. Presentasi pada Forum Ilmiah, yaitu :

a. Sebagai narasumber pada seminar atau lokakarya ilmiah, angka kreditnya adalah 0,2.
b. Menjadi narasumber pada koloqium atau diskusi ilmiah, angka kreditnya 0, 2.
Selanjutnya bukti fisik yang dinilai / harus dipersiapkan adalah :
a. makalah yang sudah disajikan pada pertemuan ilmiahdan telah disahkan oleh kepala sekolah/madrasah
b. Surat keterangan dari panitia seminar atau sertifikat/piagam dari panitia pertemuan ilmiah.

2. Publikasi Ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal, meliputi :

a. Karya Tulis berupa laporan hasil penelitian :

  • Laporan hasil penelitian yang diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk buku ber ISBN dan telah mendapat pengakuan BSNP, angka kredit yang diperoleh 4, dengan bukti fisik buku asli atau fotocopi yang menunjukan keterangan nama penerbit, tahun terbitan, serta nomor ISBN. Jika buku tersebut diedarkan secara nasional, harus disertakan pernyatan dari penerbit. Jika telah lulus penilaian BNSP, maka harus ada keterangan yang jelas dari BSNP.
  • Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah, diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah ilmiah/jurnal ilmiah diedarkan secara nasional dan terakreditasi, angka kredit yang diperoleh  3, dengan bukti fisik majalah/jurnal asli atau fotokopi yang menunjukan adanya nomro ISSN
  • Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah, diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah ilmiah/jurnal ilmiah tingkat propinsi, angka kredit yang diperoleh 2, bukti fisik berupa jurnal yang disertai keterangan tentang tingkat penerbitan.
  • Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah, diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah ilmiah/jurnal ilmiah tingkat kabupaten /kota, angka kredit yang diperoleh 1, bukti fisik berupa jurnal yang disertai keterangan tingkat penerbitan.
  • Laporan hasil penelitian yang diseminarkan disekolah/madrasahnya dan disimpan diperpustakaan, angka kredit 4, dengan bukti fisik makalah laporan hasil penelitian yang dilengkapi berita acara yang membuktikan bahwa hasil penelitian tersebut telah diseminarkan di sekolah / madrasahnya.

b. Makalah berupa tinjauan ilmiah dibidang pendidikan formal dan pembelajaran


Yaitu karya tulis guru yang berisi ide/gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan pendidikan formal dan pembelajaran di sekolahnya. Angka kredit yang diperoleh 2, dengan bukti fisik berupa makalah asli atau foto kopi yang ditandatangani kepala sekolah dan disertai keterangan dari kepala perpustakaan bahwa arsip dari buku/jurnal/makalah tersebut disimpan diperpustakaan.

c. Tulisan ilmiah populer, yaitu tulisan yang dipublikasika di media masa.

  • tingkat nasional memperoleh angka kredit 2 dengan bukti fisik guntingan (kliping)  tulisan dari media masa tersebut. Jika foto kopi maka harus ada pernyataan dari kepala sekolah tentang keasliannya.
  • tingkat prpoinsi memperoleh angka kredit 1,5 dengan bukti fisik seperti di atas.

d. Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan, 

yaitu tulisan yang berisi gagasan atau tinjauan ilmiah dalam pendidikan formal dan pembelajaran disatuan pendidikan yang dimuat di jurnal ilmiah. Angka kredit untuk tingkat nasional 2, untuk tingkat propinsi 1,5, untuk tingkat kabupaten atau sekolah 1. Bukti fisik berupa jurnal yang disertai keterangan untuk tingkat jurnal bersangkutan.


3. Publikasi Buku Teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau buku pedoman guru


a. Buku Pelajaran terdiri dari :

  • Buku pelajaran yang lolos penilaian oleh BNSP mendapat angka kredit 6. Bukti fisik berupa buku asli atau foto kopi  disertai persetujuan BSNP dan nomor ISBN
  • Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit dan ber ISBN, besaran angka kredit 3.
  • Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit tetapi belum ber ISBN, besaran angka kredit 1.

b. Modul/diktat pembelajaran per semester

Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupasehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri. Kerangka isi modul umumnya terdiri dari :
  • petunjuk untuk siswa
  • isi materi bahasan (uraian dari contoh)
  • lembar kerja siswa
  • evaluasi
  • kunci jawaban evaluasi
  • pegangan tutor/guru jika ada
Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan guru untuk mempermudah atau memperkaya materi.
  • Angka kredit modul/diktat yang digunakan tingkat propinsi yaitu 1,5.
  • Modul /diktat yang digunakan tingkat kabupaten/kota besaran angka kredit 1.
  • Modul/diktat digunakan disekolah besaran angka kredit 0,5.

c. Buku dalam bidang pendidikan 

Merupakan buku yang berisi pengetahuan terkait dengan bidang kependidikan. Angka kredit yang ber ISBN yaitu 3, sedangkan yang belum ber ISBN 1,5. Bukti fisik berupa buku asli atau fotokopi disertai keterangan lain yang diperlukan.

d. Karya Terjemahan

Yaitu tulisan yang dihasilkan dari penerjemahan buku pelajaran atau buku dalam bidang pendidikan. Besaran angka kredit 1, dengan bukti fisik buku asli atau fotokopi dilengkapi dengan keterangan yang dibutuhkan.

e. Buku Perdoman Guru

Adalah buku tulisan guru yang berisi rencana kerja tahunan guru. Angka kredit yang diperoleh adalah 1,5. Bukti fisik berupa Makalah Rencana Kerja (Pedoman Kerja Guru) yang secara jelas menunjukan nama penulis dan tahun rencana kerja tersebut dilakukan. Makalah harus dilengkapi dengan pernyataan keaslian dari kepala sekolah beserta lampiran yang diperlukan.

Demikian beberapa publikasi ilmiah yang bisa digunakan untuk memperoleh angka kredit sebagai syarat kenaikan pangkat atau golongan. Biasanya yang sering digunakan guru dan tergolong relatif mudah adalah menyusun PTK atau Pedoman Guru. 

Semoga bermanfaat.
Referensi : Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya

Pengertian Kurikulum Dan Kurikulum Pendidikan Yang Pernah Ada Di Indonesia

Jika mengacu kepada pendapat para ahli, maka banyak sekali, bahkan ratusan orang yang memberi batasan tentang arti dari kurikulum. Mulai dari aliran klasik, sampai yang kontemporer. Dan kesemuanya sepakat bahwa kurikulum adalah sebuah rencana dalam melaksanakan pendidikan. 

Sedangkan berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, disebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan poembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. 

Kurikulum Di Indonesia


Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia : 
  1. Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947) 
  2. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952) 
  3. Kurikulum 1968 
  4. Kurikulum 1975 
  5. Kurikulum 1984 
  6. Kurikulum 1994 
  7. Kurikulum Berbasis Kompetensi (2002 & 2004) 
  8. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 
  9. Kurikulum 2013 

Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 hadir dilatar belakangi dari keprihatinan bahwa out put pendidikan yang ada masih jauh dari harapan. 

Hal ini terlihat dari banyaknya orang yang katanya “terdidik”, tapi justru mereka melakukan banyak tindakan tidak terpuji. Sebut saja para pejabat yang terkena kasus korupsi. 

Dari sisi intelektual, seorang pejabat pasti tidak diragukan lagi kemampuannya, tapi ternyata dari sisi moral, sangat jauh dari harapan. Ini mengindikasikan ada yang salah dengan kurikulum pendidikan selama ini. 

Setelah melalui penelaahan, ternyata kurikulum yang ada masih mengedepankan aspek kognitif dibandingkan aspek lainnya terutama afektif. Bahkan dalam prakteknya, kadang sama sekali tidak tersentuh. 

Maka, kurikulum 2013 hadir untuk lebih menyempurnakan kembali kurikulum sebelumnya. Dalam hal ini bukan berarti kurikulum sebelumnya buruk, hanya saja mungkin belum sempurna.

Ciri khas dari kurikulum 2013 selain menghendaki adanya keseimbangan dari semua aspek baik kognitif, afektif mau pun psikomotor, kurikulum ini juga menekankan tentang pentingnya hubungan antara manusia dengan tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia. 

Maka dapat disimpulkan bahwa, kurikulum 2013 menghendaki adanya manusia Indonesia terdidik yang bermoral. Semoga saja. 

Sertifikasi Guru


BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) adalah lembaga independen yang bertanggungjawab kepada Presiden dengan kewenangan sebagai otoritas sertifikasi personil dan bertugas melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi bagi tenaga kerja. 

Standar nasional pendidikan terdiri dari : 
  • Standar Kompetensi Lulusan 
  • Standar Isi 
  • Standar Proses 
  • Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 
  • Standar Sarana dan Prasarana 
  • Standar Pengelolaan 
  • Standar Pembiayaan 
  • Standar Penilaian Pendidikan 
Terkait standar pendidik, maka guru harus memiliki empat kompetensi meliputi : 

Kompetensi Paedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik.

Kompetensi Kepribadian, yaitu kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya.

Kompetensi Profesional, adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam 

Sebagai guru profesional, ia harus memahami empat pilar pendidikan dari UNESCO yang bersifat universal antara lain :
  • Learning to know (belajar mengetahui) 
  • Learning to do (belajar melakukan) 
  • Learning to be (belajar menjadi sesuatu) 
  • Learning to live together (belajar hidup bersama) 

Guru juga harus bisa melakukan penilaian dan memahami proses penilaian yang akan dilakukan semisal dengan menentukan KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal. KKM adalah standar minimal skor yang harus di capai siswa dalam melakukan penilaian hasil belajar. 

Dalam menetapkan KKM, harus mempertimbangkan tiga aspek sebagai berikut : 
  • Kompleksitas yaitu kesulitan dan kerumitan materi ajar 
  • Daya dukung, yaitu factor yang mendukung pencapaian hasil belajar 
  • Intake siswa, yaitu kemampuan siswa secara umum 

Sebagai contoh, jika dalam menghitung KKM sebagai berikut : x 100 = 88,89, ini mengandung arti bahwa kompleksitas materi ajar termasuk rendah karena mendapat skor 3, daya dukung tinggi (3) dan intake siswa teramsuk kategori sedang (2). Maka KKM untuk kompetensi tersebut adalah 88,89 

Terkait dengan rentang KKM, ada dua format yang biasa digunakan dalam menghitung KKM, yaitu : 

Format pertama 
- Kompleksitas : tinggi (1), sedang (2) dan rendah (3) 
- Daya dukung : tinggi (3), sedang (2) dan rendah (1) 
- Intake : tinggi (3), sedang (2) dan rendah (1) 

Format kedua 
- Kompleksitas 
Tinggi = 50 – 64 
Sedang = 65 – 80 
Rendah = 81 – 100 
- Daya dukung 
Tinggi = 81 – 100 
Sedang = 65 – 80 
Rendah = 50 – 64 
- Intake 
Tinggi = 81 – 100 
Sedang = 65 – 80 
Rendah = 50 – 64 

Konsep Penting


Berikut beberapa konsep yang harus dipahami guru :

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajara/tema tertentu yang mecakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. 

Tujuan dibuat silabus adalah dalam rangka memudahkan melakukan pembelajaran serta dasar agar pembelajaran tidak menyimpang dari SK/KD yang telah ditetapkan.

SKL (standar kompetensi lulusan) yaitu sejumlah kompetensi yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti satu mata pelajaran tertentu dari sebuah satuan pendidikan. 

KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah kurikulum pendidikan yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas – tugas tertentu sesuai standar performance yang telah ditetapkan. Tujuan dari KBK yaitu berorientasi pada hasil dan keberagaman. 

KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) adalah kurikulum pendidikan pengembangan dari kurikulum berbasis kompetensi. 

Perbedaan mendasar KTSP dengan KBK yaitu bahwa dalam KTSP, sekolah sebagai satuan pendidikan diberi kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya. 

Tujuan KTSP dibagi menjadi : 

1) Tujuan umum, yaitu memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan dalam pengembangan kurikulum.

2) Tujuan khusus, meliputi : 

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum 

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama 

c) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan dalam hal kualitas