Laman

Keterampilan Prasyarat Menciptakan Pembelajaran Daring Dan Luring Yang Menyenangkan

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

Dan KOGTIK

Mempersembahkan Lomba Blog
Dengan Tema : Peran Teknologi Terkini Dalam Membuat Pembelajaran Daring dan Luring Menyenangkan

http://gurupenggerakindonesia.com

Judul : Keterampilan Prasyarat Menciptakan Pembelajaran Daring dan Luring Yang Menyenangkan 

Oleh Didi Apriatna



Kenapa Pembelajaran Daring?

Saya ingat betul, beberapa tahun yang lalu di sekolah tempat saya bekerja, sebagai kesiswaan, saya dan beberapa rekan guru sering melakukan razia handphone (hp) karena benda ini termasuk benda terlarang dibawa ke sekolah. Larangan membawa hp ke sekolah didasarkan pada pemikiran bahwa hp akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. 

Dalam perkembangannya, saya melakukan inovasi dengan mengkombinasikan pembelajaran secara daring (online) dengan luring (offline/tatap muka konvensional). Permasalahan yang muncul adalah minimnya jumlah komputer serta susahnya mengatur jadwal penggunaan komputer yang terdapat di laboratorium sekolah. Tercetuslah ide untuk memanfaatkan hp sebagai media pembelajaran mengingat lebih dari 80 persen siswa yang saya ajar sudah memiliki hp. Teknisnya saya buat lembar kerja berbasis daring dan siswa melakukan penelusuran berbagai informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber dengan bimbingan dan arahan dari saya untuk menyelesaikan lembar kerja tersebut. Tapi kemudian penggunaan hp di sekolah tersebut dipermasalahkan karena dianggap melanggar tata tertib sekolah. Pro kontra pun terjadi. Bebarapa rekan guru tidak setuju jika membiarkan siswa membawa hp ke sekolah, namun sebagian lain tidak mau ambil pusing. Alhasil, saya meminta izin kepada wakil kepala sekolah bagian kurikulum untuk mengijinkan siswa saya membawa hp hanya pada jadwal pertemuan pembelajaran dengan saya. 

Jika beberapa tahun lalu beberapa sekolah melarang siswa membawa hp ke sekolah dengan alasan akan mengganggu kegiatan pembelajaran yang berlangsung, situasi seolah berbalik 180 derajat di saat pandemi seperti ini. Dengan konsep belajar jarak jauh atau belajar dari rumah, media hp sepertinya menjadi salah satu sarana wajib. Bagaimana tidak, komunikasi antara guru dan siswa tidak akan terjadi karena kendala jarak. Guru di sekolah, siswa di rumah. Pilihan paling rasional adalah berkomunikasi melalui teknologi informasi seperti hp dan sejenisnya. Jadi tentu saja pendapat rekan guru yang mengganggap hp akan mengganggu kegiatan belajar mengajar, terpaksa tersisihkan karena faktanya sekarang justru hp menjadi faktor penting dalam konsep belajar dari rumah (BDR). 

Pada perkembangannya, BDR yang memanfaatkan hp sebagai media pembelajaran memunculkan beberapa permasalahan baru semisal ketiadaan kuota, sinyal yang minim, spesifikasi hp yang belum memadai, ketidakmampuan siswa mengoperasikan hp untuk keperluan pembelajaran dan lain sebagainya. Untuk mengatasi beberapa permasalahan di atas, pemerintah pun turun tangan semisal dengan memberikan bantuan kuota untuk siswa dan guru /dosen atau bantuan pemberian hp semisal yang dilakukan Pemkab Pandeglang walau berita yang muncul anggaran tersebut malah di korupsi (baca di sini

Terkait dengan kemampuan siswa yang masih minim dalam memaksimalkan penggunaan hp dalam pembelajaran, ini menjadi tanggungjawab bersama antara orang tua dan guru. Siswa atau anak perlu diberikan keterampilan dasar semisal dalam memaksimalkan mesin pencari, dalam melakukan literasi secara online, atau keterampilan menggunakan aplikasi pembelajaran. Begitu juga guru dan orang tua pun perlu memiliki beberapa keterampilan dasar tersebut. Keterampilan ini pada waktu nya menjadi prasyarat wajib untuk bisa menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang keterampilan dasar atau prasyarat untuk menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan, berikut saya coba rangkum pendapat seorang blogger, Aminnatul Widyana, dalam tulisannya bagaimana menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan (Menggiring Daring Biar Nggak Garing) antara lain :

Pertama, dengan memanfaatkan aplikasi untuk membuat video pembelajaran yang menarik. Video pembelajaran yang sudah dibuat kemudian bisa di upload di youtube atau media sosial agar bisa digunakan kapan saja dalam pembelajaran daring.

Kedua, merancang media pembelajaran interaktif layaknya game online. Siswa memainkan game online pembelajaran tersebut di hp mereka. 

Ketiga, memanfaatkan learning management system (LMS) untuk pembelajaran semisal google classroom, microsoft team atau progam lokal yang dimanfaatkan hanya di sekolah bersangkutan.

Keempat, mencoba cara baru melaksanakan ujian (penilaian) semisal dengan memanfaatkan google form atau microsoft form. Atau bisa juga dengan memanfaatkan aplikasi pihak ketiga yang sudah jadi seperti examora, quizizz, kahoot dan sebagainya. 

Saya sependapat dengan apa yang diuraikan Bu Widyana di atas. Saya kira jika konsep tersebut diterapkan dalam pembelajaran daring selama masa pandemi ini, pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan. Namun masalah yang muncul kemudian adalah apakah semua guru mampu menciptakan video pembelajaran yang menarik, membuat game online, memanfaatkan LMS, dan penilaian online?. Saya kira tidak semua guru bisa melakukannya. Dalam hal ini guru perlu memiliki keterampilan dasar agar bisa menerapkan konsep di atas. 

Selanjutnya dalam tulisan blogger lain, Rita Wati menyebutkan lima kriteria minimal dalam memanfaatkan teknologi terkini agar pembelajaran daring menenyenangkan. Lima kriteria itu antara lain :

  • Fasilitas handphone / komputer
  • Internet
  • Teleconferences
  • Media pembelajaran
  • Sumatif tools atau alat untuk melakukan penilaian
Jika Bu Rita Wati menyebutnya lima kriteria, saya mungkin lebih senang menyebutnya sebagai sarana atau alat utama agar bisa menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan. Dengan kelima hal tersebut, pembelajaran daring akan berlangsung walau tidak ada jamiman bahwa semua pembelajaran daring yang terjadi menyenangkan. Logikanya sederhananya seperti ini, telur mata sapi yang lezat akan tersaji jika ada telur, garam, minyak sayur, wajan untuk menggoreng dan kompor untuk memasak. Namun walau semua bahan tersebut ada, tidak menjamin akan jadi telur mata sapi yang lezat. Bisa saja telur itu terlalu asin, terlalu gosong atau terlalu hambar. Semua tergantung keterampilan kokinya untuk memasak. 

Begitu pun dengan pembelajaran daring yang menyenangkan, walau kelima hal tersebut tersedia, belum tentu tercipta pembelajaran daring yang menyenangkan jika kokinya dalam hal ini guru tidak memiliki beberapa keterampilan dasar atau prasyarat yang dibutuhkan untuk meramu sarana yang tersedia tersebut. Semisal dalam kondisi ekstrim guru tidak bisa mengoperasikan hp atau komputer, bagaimana bisa ia melaksanakan pembelajaran daring yang menyenangkan? Jadi, keterampilan dasar apa yang harus dimiliki guru dalam menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan itu? 

Berikut akan diuraikan beberapa keterampilan dasar atau prasyarat yang harus dimiliki guru, siswa dan orang tua agar tercipta pembelajaran daring yang menyenangkan. 

1. Keterampilan prasyarat yang harus di kuasai guru


Guru merupakan faktor penentu apakah pembelajaran daring akan menyenangkan atau bahkan garing dan membosankan. Guru adalah kokinya. Ia harus pandai meramu bumbu-bumbu teknologi sehingga lezatnya hidangan belajar dapat dinikmati oleh siswa-siswanya. 

Sebagai seorang koki yang sedang meramu pembelajaran daring yang menyenangkan, keterampilan pertama yang harus dikuasai adalah ia mengerti bahan - bahan apa saja yang dibutuhkan dalam pembelajaran daring, dan tentu saja ia harus menyiapkan bahan-bahan tersebut mulai dari perangkat hp/komputer, jaringan internet, media dan lain sebagainya. 

Jika bahan atau perangkat yang dibutuhkan sudah tersedia, keterampilan berikutnya adalah guru harus mampu menggunakan perangkat tersebut. Dalam hal ini adalah hal wajib jika guru bisa menghidupkan dan mematikan perangkat (dibaca : handphone/komputer) dan menghubungkan perangkat dengan internet. Terlihat sepele dan kita pasti berasumsi semua guru mampu melakukannya. Tapi tidak demikian pada kenyataannya. Pada kasus - kasus tertentu dalam kondisi ekstrim, ada saja guru yang masih belum mengerti bagaimana menghidupkan handphone atau komputer misalnya. Termasuk bagaimana agar perangkat tersebut bisa terhubung dengan jaringan internet. Biasanya hambatan ini akan dapat diatasi dengan bertanya atau meminta bantuan kepada yang lebih paham, kemudian belajar meniru apa yang dilakukan. 

Keterampilan berikutnya adalah guru mengetahui berbagai aplikasi pendukung yang dibutuhkan mulai dari yang paling umum seperti microsoft office atau sejenisnya dan berbagai aplikasi lain yang lebih spesifik mulai dari aplikasi media sosial seperti whatsapp, facebook, instagram, twitter; aplikasi untuk melakukan pencarian informasi dalam dunia maya seperti chrome, internet explorer, opera, dan sebagainya; aplikasi editor photo, editor video; aplikasi lain yang bisa membantu belajar jarak jauh seperti google classroom, zoom, dan sebagainya; dan berbagai aplikasi pendukung lainnya. Selain mengetahui, guru juga harus mampu menguasai berbagai aplikasi yang diperlukan atau mendukung dalam menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan tersebut.

Pembelajaran daring akan lebih menarik jika dikombinasikan dengan video pembelajaran. Di kanal youtube, video pembelajaran sangat banyak beredar. Namun demikian, video - video tersebut belum tentu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang kita inginkan. Akan lebih baik jika guru membuat video pembelajaran sendiri dan menguploadnya ke kanal tersebut. Dalam hal ini, keterampilan dasar yang harus dimiliki guru adalah mampu melakukan editing foto dan video minimal dengan menggunakan satu aplikasi tertentu semisal wondershare filmora atau berbagai aplikasi editing foto/video yang banyak bertebaran di playstore. Selain itu, guru juga harus memiliki keterampilan mengelola sebuah akun youtube untuk menyimpan / mengupload video kreasinya yang kemudian akan digunakan dalam pembelajaran daring dengan siswanya.

Pembelajaran daring akan berlangsung jika terjadi komunikasi antara guru dengan siswa walau terbatas. Media untuk terjadinya komunikasi yang lebih efisien (hemat) dan efektif biasanya menggunakan media sosial seperti whatsapp, facebook, instagram dan sebagainya. Guru kembali harus memiliki keterampilan dalam menggunakan berbagai media sosial tersebut. Keterampilan sederhana semisal bagaimana membuat sebuah group whatsapp, bagaimana menyebar link melalui group tersebut, bagaimana melakukan share foto dan video dan sebagainya. Termasuk bagaimana guru bisa berkomunikasi secara efektif dalam memotivasi siswa untuk semangat dalam belajar. Ini relatif mudah. Namun ini juga bagian dari keterampilan prasyarat dalam mencipatakan pembelajaran daring yang menyenangkan.


Guru bukan robot yang mampu menjawab semua pertanyaan atau memiliki pengetahuan yang tidak terbatas. Pengetahuan guru sangat terbatas. Maka guru dituntut terus meningkatkan pengetahuannya dengan terus belajar. Bapak Komarudin Hidayat (2019: 316) dalam bukunya mengatakan : "... dosen atau guru yang berhenti atau malas belajar, mestinya dia harus berhenti mengajar". Who stop learning must stop teaching. Bukan tanpa alasan Pak Komarudin mengatakan demikian mengingat peran guru begitu penting dalam dunia pendidikan. 

Guru dapat belajar dengan cara membaca buku - buku atau bisa juga dengan mencarinya di internet yang menyediakan jutaan informasi. Guru bisa menggali berbagai informasi yang dibutuhkan guna mendukung pembelajaran yang ia lakukan bersama siswanya dengan memanfaatkan fasilitas search engine (mesin pencari). Maka dalam hal ini guru harus memiliki keterampilan dasar berupa kemampuan menggunakan mesin pencari secara efektif. Guru harus bisa menentukan kata kunci yang sesuai, memilih atau menyeleksi informasi yang valid sampai pada mengumpulkan informasi sesuai kepentingannya. Perlu disadari bahwa tidak semua informasi di internet adalah valid, banyak diantaranya adalah sampah informasi semisal berita hoaks dan sejenisnya. Jangan pula beranggapan bahwa daftar yang muncul teratas dalam mesin pencari merupakan informasi yang paling valid karena tidak demikian faktanya.

Pemanfaatan search engine pada pelaksanaannya akan sangat membantu guru yang sedang mempelajari suatu aplikasi semisal bagaimana mengedit foto atau video. Atau bagaimana membuat sebuah game online. Bagaimana mengupload video ke youtube. Bagaimana membuat penilaian secara online. Dan masih banyak tutorial lain yang bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran daring yang menyenangkan. Guru bisa belajar secara otodidak semua hal yang dibutuhkan dengan berbekal informasi - informasi tersebut. 

Selanjutnya guru juga bisa mengumpulkan berbagai informasi yang ia temukan dari internet atau buku - buku yang dibaca menjadi sumber belajar bagi siswa. Sumber belajar dalam pembelajaran daring tentu harus berbentuk daring pula. Jika sumber belajar berupa video pembelajaran, maka kanal youtube bisa dimanfaatkam seperti uraian di atas. Namun jika sumber belajar berupa informasi berbentuk tulisan atau gambar, guru bisa memanfaatkan fasilitas gratis seperti blog untuk menyediakan sumber belajar yang sudah disusun sesuai tujuan pembelajaran. Dengan adanya blog yang berisi sumber belajar, siswa akan merasa dimudahkan dengan tidak perlu bersusah payah melakukan penelusuran melalui search enggine. Jadi saya kira, keterampilan guru membuat blog atau sejenisnya menjadi salah satu keterampilam prasyarat juga dalam menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan.

Jika siswa diberi handphone dan dihadapkan pada pilihan apakah harus mengikuti kegiatan belajar daring atau main game secara online, mana yang akan dipilih siswa? Ya, pasti bermain game. Bermain game lebih menyenangkan dibanding belajar. Dengan meminjam konsep pengkondisian klasik yang digagas Ivan Pavlov, kita dapat mengkombinasikan stimulus terkondisi (belajar) dengan stimulus tidak terkondisi (bermain game) menjadi respon terkondisi (rasa senang belajar). Skema tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Sebelum pengkondisian

Stimulus netral (belajar) => tidak ada respon
US (bermain game) => UR (rasa senang)

Selama pengkondisian

CS (belajar) dikombinasikan dengan US (bermain game) => UR (rasa senang)

Setelah pengkondisan

CS (belajar) => CR (rasa senang)

Keterangan :
US (unconditioned stimulus /stimulus tidak terkondisi)
UR (unconditioned response / respon tidak terkondisi)
CS (conditioned stimulus / stimulus terkondisi)
CR (conditioned response / respon terkondisi)

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa dengan mengkombinasikan game online dan belajar melalui pengkondisian yang tepat akan menghasilkan rasa senang untuk belajar. Ini berarti akan sangat baik jika guru mampu membuat sebuah game online yang dikombinasikan dengan belajar sehingga menjadikan pembelajaran daring yang menyenangkan. 

Dalam hal ini butuh keterampilan guru dalam membuat sebuah game online. Keterampilan ini mungkin bukan keterampilam dasar, tapi ini termasuk keterampilan prasyarat jika ingin menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan. Apakah guru - guru sudah mampu membuat game online sendiri yang bertemakan pembelajaran?? Saya percaya sudah banyak guru yang mampu membuat game belajar online dan bagi yang belum bisa saya juga percaya semua bisa dipelajari jika ada kemauan yang kuat. 

Untuk melihat efektivitas pembelajaran, langkah berikutnya adalah melakukan penilaian. Penilaian termasuk tugas pokok guru dan saya sangat yakin guru-guru sudah sangat mahir dalam menyusun instrumen penilaian serta mengolahnya sampai menjadi laporan hasil penilaian. Tapi dengan kondisi pandemi saat ini, penilaian konvensional semisal ulangan harian atau jenis lainnya yang dilakukan secara tatap muka, mungkin menjadi terhambat. Solusi yang paling logis adalah melaksanakan penilaian secara online. Dalam hal ini guru bisa menyusun instrumen penilaian seperti biasa namun kemudian mengintegrasikan ke dalam aplikasi tertentu sehingga penilaian bisa dilakukan secara online. Yang paling mudah biasanya menggunakan google form sebagai wadah instrumen penilaian. 

Penggunaan google form akan membantu memudahkan guru dalam melaksanakan penilaian online dengan keuntungan jika membuat instrumen penilaiam berbentuk pilihan ganda, skor siswa akan segera terlihat saat itu juga dan guru tidak direpotkan dengan memeriksa hasil jawaban siswa serta rekapitulasi nilai pun langsung muncul dalam bentuk worksheet. Penilaian online tersebut bisa dikombinasikan dengan blog buatan guru. 

Maka dalam hal ini, keterampilan guru menggunakan aplikasi semacam google form atah sejenisnya mutlak dibutuhkan dan menjadi keterampilan prasyarat dalam menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan.


Pembelajaran daring dampak dari pandemi Corona ternyata cukup membuat siswa stres. Tugas - tugas yang terus diberikan guru-guru seolah tanpa henti dengan deadline yang mepet disertai kebingungan siswa mengenai bagaimana ia harus menyelesaikan tugas tersebut. Bertanya kepada orang tua, orang tua tidak paham. Bertanya kepada teman, teman pun tak paham. Bertanya kepada guru yang bersangkutan, penjelasan dari guru juga belum bisa dipahami. Alhasil siswa mengerjakan sebisanya. Itu masih lebih baik dibanding siswa frustasi dan malas untuk ikut terlibat dalam pembelajaran yang dirancang guru. Dalam hal ini guru harus memiliki keterampilan dalam memotivasi siswa saat mereka dihadapkan pada siatuasi buntu. Sinergi antara satu guru dengan guru lain dalam memotivasi siswa diperlukan disini. Demikian juga sinergi antara guru dengan orang tua. Guru juga harus memiliki sedikit empati dengan tidak memberikan beban tugas yang terlalu berat kepada siswa. 

Selain komunikasi yang baik dengan siswa, guru juga harus mampu melakukan komunikasi dengan orang tua siswa. Guru mengajak orang tua agar bisa terlibat aktif membimbing siswa belajar di rumah atau pada saat pembelajaran daring berlangsung. Guru juga meminta kepada orang tua agar memfasilitasi berbagai kebutuhan anak selama pembelajaran. Pembelajaran dari rumah akan lebih efektif jika mendapat dukungan orang tua.

Bagaimana agar guru bisa memiliki berbagai keterampilam prasyarat tersebut? 

Berdasarkan uraian di atas, banyak keterampilan dasar atau prasyarat yang harus dikuasai guru dalam menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan. Dan mungkin list di atas masih akan terus bertambah. Maka dalam hal ini, guru harus terus belajar dan belajar agar memiliki berbagai keterampilan tersebut. 

Belajar yang paling mudah adalah dengan bertanya kepada yang lebih paham atau meminta bantuan untuk dibimbing. Jika tidak ada tempat bertanya atau yang mengarahkan, pilihan lain adalah dengan belajar secara otodidak. Jangan takut dalam hal mencoba sesuatu yang baru. Luruskan niat. Kuatkan tekad bahwa semua keterampilan dasar akan dimiliki dan pada saatnya mampu menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan. Asah terus kreativitas dalam membuat berbagai inovasi pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran daring.

2. Keterampilan prasyarat yang harus di kuasai siswa


Dalam menciptakan pembelajaran daring yang menyenangkan, selain guru harus memiliki beberapa keterampilan prasyarat, siswa juga harus memiliki keterampilan prasyarat. Keterampilan yang harus dimiliki siswa antara lain :

a. Keterampilan melakukan penelusuran dan memanfaatkan fasilitas search engine. 
Bagaimana pun guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Siswa bisa memanfaatkan informasi di internet sebagai sumber belajar. Seperti halnya guru, siswa juga harus memiliki keterampilan menyeleksi informasi yang ditampilkam mesin pencari. Siswa harus memiliki keterampilan menyeleksi mana yang termasuk informasi yang valid dan mana sampah informasi atau sampah 101 (istilah yang dipopulerkan kritikus internet, Howard Rheingold). Siswa harus dibekali keterampilan bagaimana ia mendeteksi sampah 101. Bagaimana agar siswa memiliki keterampilan ini, silahkan baca tulisan lain di blog ini yang berjudul "Perlunya Pelatihan Deteksi Sampah 101 Bagi Siswa". Klik disini.

b. Keterampilan menggunakan sosial media. Keterampilan ini diperlukan untuk menjalin komunikasi dengan guru dan siswa lainya. Keterampilan ini juga termasuk keterampilan memanfaatkan aplikasi kelas online semisal google classroom atau zoom. Siswa juga harus memiliki keterampilan memanfaatkan kanal youtube dalam mengakses video pembelajaran. 

c. Keterampilan memahami intruksi guru. Keterampilan ini menjadi penting agar siswa tidak menemui situasi buntu dimana siswa bingung mengenai apa yang diminta guru dan apa yang harus dikerjakan. Arahan guru harus bisa dipahami terutama jika guru sedang memberikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. 

3. Keterampilan prasyarat yang harus di kuasai orang tua


Orang tua membimbing anak belajar. Sumber gambar : republika.co.id



Selama masa pandemi, seolah peran guru digantikan oleh para orang tua. Mau tidak mau, orang tua harus memiliki strategi atau teknik bagaimana mendidik anaknya untuk bisa tetap belajar. Dan yang paling penting adalah merubah mindset bahwa yang belajar adalah anak, bukan orang tua karena selama ini banyak pemahaman yang salah kaprah sehingga orang tua lah yang disibukan dengan tugas - tugas anaknya. Sementara anak sibuk dengan bermain. 

Memang benar setiap orang tua menghendaki agar hasil belajar siswa yang tertuang dalam laporan hasil belajar menunjukan angka yang memuaskan. Alhasil, orang tua "bekerja keras" menyelesaikan tugas - tugas anaknya untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini terjadi kontraproduktif. Anak tidak belajar dan jika berlangsung lama, ini akan merugikam perkembangan anak itu sendiri. Mindset orang tua harus dirubah. Lebih penting anak belajar dibanding nilai-nilai yang tinggi namun semu. Bukan hasil dari kerja keras siswa atau anak. 



Jika pandemi berakhir dengan berakhirnya BDR, apakah pembelajaran daring masing diperlukan?


Saat semua kembali normal, siswa belajar di sekolah dan bertatap muka dengan guru, ini bukan berarti pola belajar daring harus benar - benar dihilangkan. Kombinasi pembelajaran daring dan luring di sekolah tentu lebih menarik jika hanya mengandalkan pembelajaran tatap muka seperti yang biasa dilakukan sebelum pandemi. Jika siswa sudah memiliki berbagai keterampilan prasyarat di atas, semisal keterampilan memanfaatkan search enggine dan keterampilan menyeleksi informasi, ini bisa juga digunakan saat pertemuan tatap muka di kelas. Siswa akan memiliki sumber belajar yang lebih kaya jika dibandingkan hanya mengandalkan buku paket dan guru. 

Secara teknis, kombinasi daring dan luring di kelas semisal guru membuat lembar kerja secara daring di blog, siswa mengerjakan lembar kerja bermodal search engine, dan guru membimbing siswa mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh. Pada perkembangannya guru bisa memunculkan ide - ide kreatif dalam mengkombinasikan pembelajaran daring dan luring.

Penutup


Pembelajaran daring akan menyenangkan jika mampu memanfaatkan teknologi terkini. Namun itu semua tergantung kokinya yaitu guru. Guru harus memiliki beberapa keterampilan prasyarat agar mampu meracik bahan - bahan yang disediakam teknologi informasi menjadi sebuah hidangan yang mengasikan bagi siswanya dalam pembelajaran daring. Selain guru, siswa dan orang tua pun harus memiliki beberapa keterampilan prasyarat yang lain. 

Jika pandemi ini berakhir dan pembelajaran tatap muka kembali normal, bukan berarti belajar daring harus dihilangkan pula. Kombinasi belajar luring berupa tatap muka dan daring akan menjadi lebih sempurna dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. 

Referensi :

Nevid, et.al. 2018. Psikologi Abnormal. Jakarta : Penerbit Erlangga

Hidayat, Komarudin. 2019. Agama Untuk Peradaban : Membumikan Etos Agama Dalam Kehidupan. Jakarta : Alvabet

https://www.amiwidya.com/2020/10/teknologi-untuk-daring-dan-luring.html?m=1

https://teruslahmenulis.blogspot.com/2020/10/lima-kriteria-minimal-dalam.html?m=1


Didi Apriatna, M.Pd

Merupakan  alumni UPI Jurusan Pendidikan Ekonomi tahum 2006 dan Program Pascasarjana UNINDRA Program Studi IPS tahun 2015. Menjadi guru di SMPN Cikeusal sejak tahun 2009. Selebihnya tidak ada hal penting untuk diceritakan dan hanya ikut memeriahkan lomba blog dalam rangka bulan bahasa dan memperingati Hari Sumpah Pemuda.


39 comments:

  1. Menarik pak, jadi termotivasi ntuk slalu belajar

    ReplyDelete
  2. Keren bngt, lngkp ulasannya

    ReplyDelete
  3. oke juga bos tulisannya...top salam sukses

    ReplyDelete
  4. Mantap sekali pak Didi. Sayang banyak iklan lewat. Hehehe

    ReplyDelete
  5. Selamat berlomba semoga susks3s ya pak Didi..

    ReplyDelete
  6. Trima kasih buat teman2 yang sudah mampir, merupakan kebahagiaan bagi saya apresiasi dr temen2

    ReplyDelete
  7. Tulisan yang terstruktur baik dan informatif.
    Mhn kunjungi: bit.ly/haloged

    ReplyDelete
  8. terima kasih sudah ikut memeriahkan lomba blog bulan bahasa dan sumpah pemuda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung Omjay, semoga acaranya sukses

      Delete
  9. Keren pak, lanjutkan tuk menuangkan ide. Jayakan literasi

    Semangat

    ReplyDelete
  10. Terima ksh sdh sharing ilmu nya. Mantap... Sukses selalu pak

    ReplyDelete
  11. Tulisan bagus, sangat menginspirasi kami sebagai guru yg sedang melaksanakan BDR

    ReplyDelete
  12. Keren, sangat edukatif tulisannya. Semangat bloggingnya A Didi...

    ReplyDelete
  13. Sangat bagus,dan mengedukasi.

    ReplyDelete
  14. Pastinya menarik pa... Dan satu dari pembelajaran daring ini, anak yg tidak bisa menggunakan teknologi (gaptek) akhirnya mereka bisa mengenal n mencoba hal baru meski tidak semua anak dapat mengaplikasikannya ... 😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belajar dengan keterpaksaan atau terdesak situasi kah hehe

      Delete
  15. Tulisannya cukup komprehensif.
    Kunjungi: bit.ly/haloged

    ReplyDelete
  16. Semangat n sukses lanjut kan....

    ReplyDelete