Ini bermula ketika Sekutu mendarat di Surabaya dibawah Pimpinan Brigjen AWS. Mallaby. Saat itu sekutu (Inggris) bertugas melucuti senjata Jepang yang kalah perang oleh Sekutu. Akan tetapi, kemudian tingkah laku sekutu banyak yang menyimpang dari tugas yang semesetinya. Banyak tindakan Sekutu yang memancing kemarahan rakyat Surabaya. Oleh karenanya, banyak pos-pos Sekutu yang di serang rakyat Surabaya, termasuk salah satunya adalah gedung bank Internatio di Jembatan Merah Surabaya.
Tembakan dimulai dari dalam gedung tersebut yang pada waktu itu tengah dikepung oleh rakyat Surabaya. Terjadilah tembak menembak dari dua belah pihak yang berujung pada tewasnya Brigjen Mallaby.
Atas tewasnya Brigjen Mallaby, Sekutu marah besar. Sekutu mengirim pasukan pengganti dibawah pimpinan Mayjen Mansergh. Mansergh kemudian memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya agar mereka menyerahkan diri dan senjatanya. Batas waktu ultimatum adalah jam 06.00 WIB tanggal 10 Nopember 1945. Jika tidak, maka seluruh kekuatan sekutu (darat, laut dan udara) akan menyerang kota Surabaya.
Bukannya rakyat Surabaya mengikuti ultimatum tersebut, justru mereka dengan segara membentuk komando untuk mempertahankan Surabaya. Komandan pertahanan kota, Sungkono membagi wilayah surabaya ke dalam tiga sektor pertahanan. Sementara Bung Tomo terus menyemangati rakyat Surabaya agar mempertahankan kota mereka melalui radio miliknya.
Maka pada pada tanggal 10 Nopember 1945 terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat yang menyebabkan ribuan rakyat Surabaya tewas karena dari segi persenjataan jelas sangat tidak seimbang. Peristiwa ini menunjukan tekad rakyat Surabaya untuk mempertahankan Kemerdekaan RI. Maka untuk mengenang perjuangan rakyat Surabaya tersebut pada setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
No comments:
Post a Comment