Laman

Perbedaan Rasa Makanan Hanya Sampai Leher, Hasil Akhirnya Sama. Jadi Untuk Apa Banyak Keinginan Atas Makanan?


Gambar di atas mungkin bukan menu istimewa. Itu menu umum yang ada di masyarakat Indonesia. Apalagi tempe, dari kalangan bawah sampai atas, pasti menyukainya.

Tapi tahukah anda, makanan membuat banyak orang lupa diri. Rasa lapar membuat saling sikut sana sini. Iyah, semua demi kebutuhan perut. 

Sejak jaman purba, persaingan untuk mendapatkan sumber makanan sudah sering terjadi. Itulah yang pada akhirnya mereka berkelompok untuk bisa mendapatkan buruan dengan lebih mudah dan juga menjaga agar buruannya tidak diambil yang lain. 

Demi mendapat makanan yang lebih mudah, kehidupan purba berkembang dari food gathering menjadi food producing. Berbagai teknologi sederhana diciptakan untuk memudahkan manusia mendapatkan makanan. 

Karena makanan pula, bangsa barat datang ke bumi Nusantara. Mereka menjajah dan bangsa Indonesia jadi budaknya. Produksi makanan yang sudah bangsa Indonesia hasilkan harus disetor pada mereka. 

Ya, dalam sepanjang sejarah hidup manusia, makanan merupakan kebutuhan pokok. Karena makanan pembunuhan terjadi. Karena makanan, penjajahan muncul. 

Bahkan di era modern, karena makanan kejahatan terjadi. Berbagai kriminalitas banyak dilakukan dengan dalih urusan perut. Begitu juga para koruptor, semua berujung pada urusan perut. Walau mungkin jenis makanan yang mereka konsumsi tidak lagi seperti makanan layaknya sebuah makanan.

Makanan juga membuat kehidupan lebih bervariasi. Betapa banyak jenis makanan yang dihasilkan manusia.

Karena kebutuhan makanan tidak akan pernah berhenti selagi ada manusia, makanan juga bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Berapa banyak restoran, rumah makan, kafe, warung kecil dan sebagainya yang berdiri hanya untuk memenuhi kebutuhan akan makanan. 

Dulu, orang berebut makanan agar kenyang, agar bertahan hidup, sekarang makanan bisa menjelma menjadi sebuah prestisius. Lihat saja beberapa restoran yang fokus menyajikan jenis makanan bukan lagi pada kuantitas, tapi mereka fokus pada cita rasa. Hasilnya, harga selangit hanya untuk secuil makanan. 

Tapi, jika kita pikirkan lebih dalam, sebenarnya untuk apa kita makan? Pasti jawabannya semua sepakat untuk bertahan hidup. Jika demikian, kenapa kita harus menumpuk makanan jika dengan sedikit saja kita bisa hidup. Mengapa harus membayar mahal dan menu beragam jika dengan menu biasa saja bisa hidup. Dan terpenting, kita harus menyadari bahwa perbedaan rasa makanan itu hanya sampai tenggorokan, hasil akhirnya semua sama. 

Jadi, jangan lah manja dengan banyak keinginan atas menu makanan yang enak. Rasa enak itu hanya sebuah ukuran relatif. Nikmati saja makanam yang ada di meja makan kita. Bersyukur dengan yang diberikan Tuhan pada kita. Dan rasa nikmat itu, kita yang ciptakan.

4 comments: