Jagoan Banten. Berikut ini beberapa daftar hewan yang sangat mudah ditemukan pada tahun 90-an namun sekarang agak sulit menemukannya secara langsung di alam.
BACA TULISAN TERKAIT :
TONGO ITU APA SIH? (CARA MENGATASI GANGGUAN TONGO)
Pembangunan pemukiman yang terus menerus menggeser tempat tinggal hewan - hewan ini hingga mungkin beberapa diantaranya mendekati kepunahan jika tidak segera dilestarikan.
Daftar ini dibuat berdasarkan kondisi disekitar lingkungan saya tinggal tepatnya di Kabupaten Serang Provinsi Banten, bisa jadi daftar ini tidak berlaku di daerah anda.
Tulisan tentang daftar hewan yang dahulu banyak ditemukan di alam namun sekarang sulit ini mungkin akan mengajak beberapa dari kita mengenang masa - masa kecil kita dulu.
Berikut hewan yang dulu banyak dan mudah ditemui di alam namun sekarang mulai berkurang di alam :
1. Ikan Slili / Lili
Masyarakat tempat tinggal saya menyebutnya ikan Slili. Tapi setelah cek di internet, dalam bahasa Indonesia disebut ikan lili.
Ikan Slili agak mirip dengan belut. Namun jika belut berbentuk bulat panjang, ikan Slili agak pipih layaknya ikan. Pada kepalanya terdapat moncong agak mengkerucut.
Ikan slili dahulu sangat mudah dijumpai di sungai sekitar lingkungan saya, tapi sekarang sangat sulit menemui ikan ini. Ikan slili mungkin sudah mulai punah disini. Bisa jadi anak cucu saya kelak tidak lagi tahu ikan jenis ini kecuali memang ada yang membudidayakan ikan Slili semisal untuk ikan hias.
Ikan Slili jadi ikan hias bernilai ekonomis tinggi |
Kepunahan ikan ini karena kebisaan buruk dilingkungan tempat tinggal saya saat menangkap ikan. Pada musim kemarau saat sungai surut, beberapa oknum penduduk kampung menangkap ikan dengan cara menebarkan "portas".
Dengan menggunakan portas, ikan mabok dan mereka mudah menangkap ikan yang ada di sungai. Tapi tanpa disadari, mereka telah merusak ekosistem sungai dan hewan - hewan kecil pun ikut jadi korban. Termasuk ikan Slili, akibat kebiasaan buruk ini, sangat sulit bisa menemukan ikan Slili di alam.
2. Yuyu
Yuyu atau keyeup dalam bahasa Sunda |
Yuyu merupakan hewan dari keluarga kepiting yang tinggal dipersawahan. Jika kepiting hidup di muara atau tambak dekat laut, Yuyu lebih menyukai sungai-sungai kecil saluran irigasi atau dipinggir pematang - pematang sawah.
Ukuran Yuyu lebih kecil dari pada ukuran kepiting. Lebar Yuyu dewasa tidak akan melebihi dari 3 cm.
Dilingkungan saya kadang penduduk menangkap Yuyu untuk dibuat makanan botok. Caranya, Yuyu dimasak dengan dihancurkan terlebih dahulu kemudian dicampur dengan parutan kelapa.
Yuyu pada tahun 90-an sangat banyak. Tapi saat ini Yuyu jarang terlihat. Atau bahkan tidak ada. Hilangnya Yuyu dari persawahan di perkampungan kami karena ekosistem sawah yang mulai rusak.
3. Ikan Bogo
Ikan bogo |
Ikan ini mirip dengan ikan gabus atau Toman. Namun ikan bogo tidak bisa berukuran besar. Makanya orang barat menyebutnya ikan gabus kerdil.
Ikan bogo banyak ditemui di lingkungan perkampungan saya. Biasanya terdapat pada persawahan yang dikelilingi perbukitan yang jauh dari sungai besar.
Jika ada sumber air yang membentuk sungai kecil, biasanya di situ ada ikan bogo. Ikan ini tinggal digenangan-genangan air dipersawahan atau disungai-sungai kecil. Tapi bukan persawahan yang besar, hanya persawahan kecil di perbukitan.
Biasanya kami ambil ikan bogo untuk dikonsumsi. Kebiasaan di kampung kami, kepala ikan bogo tidak boleh dimakan. Saya tidak tahu persis alasannya apa.
Ikan bogo juga sering diambil untuk mengobati penyakit balas bogo atau bercak putih pada wajah anak. Caranya cukup mengoleskan kepala ikan bogo hidup ke bercak yang ada pada anak.
Walau ikan bogo dulu sangat banyak, sekarang sudah sangat sulit dijumpai. Bertahun lamanya saya tidak pernah lagi melihat ikan bogo. Saya tidak tahu kemana perginya ikan ini.
4. Belut
Belut disawah |
Hewan satu ini mungkin sangat mudah ditemui di pasar. Itu semua hasil budidaya yang dilakukan manusia. Tapi untuk di alam, sangat susah kita menemukan mahluk ini.
Dahulu sangat gampang menemukan belut di alam. Di area persawahan yang berair, di pinggir-pinggir pematang sawah, lobang khas belut banyak terlihat.
Terdapat tiga cara yang biasa dilakukan untuk menangkap belut. Pertama dengan cara "neger", yaitu dengan memanfaatkan kail ukuran besar, dengan umpan anak katak atau cacing, kemudian memainkannya dipintu lubang belut. Hasilnya belut akan tertarik untuk memakan umpan tersebut dan belutpun dapat ditangkap.
Cara kedua yakni dengan menggali lubang yang terdapat ditengah sawah menggunakan tangan. Orang dikampung saya menyembut aktivitas itu dengan "ngeduduk". Lumpur digali mengikuti jalur lubang sampai si empunya terlihat dan berhasil ditanggap.
Cara ketiga yakni dengan menggunakan perangkap. Perangkap terbuat dari batang bambu utuh. Disatu sisi tertutup dengan ruas bambu alami. Disini lain menggunakan penutup menggunakan anyaman bambu sebagai pintu masuk belut. Anyaman ini didesain agar belut mudah masuk namun akan sulit keluar.
Agar belut masuk ke potongan batang bambu tersebut, pada anyaman bambu dililitkan umpan cacing yang sudah ditusuk dengan rumput. Bau amis cacing nanti akan menggoda belut masuk perangkap. Di kampung saya, alat perangkap belut ini di sebut "pulang".
Untuk bisa mendapatkan belut dalam jumlah banyak, biasanya akan menyebar pulang dipersawahan lebih dari 30 buah. Sehabis magrib pulang di pasang, sehabis subuh di ambil. Hasilnya lumayan.
Tapi semua aktivitas menangkap belut tersebut sudah tidak ada lagi. Hal ini karena belut sudah tidak bisa ditemukan lagi di sawah lingkungan kami. Ini terjadi karena penggunaan pupuk agar padi subur. Hasilnya, padi tumbuh dengan baik namun hewan-hewan yang tinggal dipersawahan mati sejak bayi dan berujung pada kepunahan. Sayang memang. Tapi itu sudah terjadi tanpa disadari penduduk kampung kami.
5. Kadal
Kadal |
Untuk membatasi kebun, biasanya penduduk kampung akan menanaminya dengan tanaman nanas. Durinya menjadi penghalang orang atau hewan untuk masuk ke kebun tersebut.
Disekitar pagar hidup tersebut, saya sangat sering menemukan kadal. Mahluk ini sering bersembunyi dibalik semak nanas.
Tapi kebun mulai berkurang dan berganti pemukiman. Semak-semak juga sudah mulai jarang. Hasilnya, kadal sudah sangat sulit ditemukan ditempat kami.
6. Luluh (Kaki Seribu)
Bahasa untuk menyebut kaki seribu ditempat kami yakni luluh. Hewan ini mudah ditemukan dikebun-kebun bahkan perkampungan. Biasanya anak-anak suka mengganggu hewan ini untuk melihat reaksinya yang membentuk lingkaran saat disentuh.
Jika dulu banyak luluh diperkampungan kami, sekarang luluh sudah sangat jarang ditemukan.
7. Puyuh
Puyuh |
Perkebunan di kampung saya sering kali ditanam kacang tanah. Jika musim menanam kacang tanah, anak kecil diperkampungan akan mencari sarang burung puyuh disekitar perkebunan tersebut. Buruh puyuh akan mudah ditemukan dan untuk menangkapnya biasanya menggunakan jaring.
Jika dulu puyuh begitu banyak, sekarang sangat sulit menemukan puyuh terlebih perkebunan produktif mulai ditinggalkan dan lebih banyak yang memilih berprofesi sebagai buruh pabrik dibanding bertani.
8. Tokek
Tokek ekor cabang dua |
Kalau tokek berbunyi, biasanya akan diikuti dengan kata "kaya" atau "miskin" mengikuti jumlah suara tokek. Jika berhenti pada kata kaya, berarti tuan rumah di mana tokek berbunyi akan kayak. Begitu juga jika kata akhir miskin, berarti tuan rumah dalam keadaan susah. Mitos yang sering dilakukan anak-anak di kampung kami.
Tapi saat ini tokek menjadi hewan yang sulit ditemukan. Terlebih ada mitos bahwa tokek bisa mengobati penyakit Aids, hewan ini pun jadi buruan para pedagang.
BACA TULISAN TERKAIT :
TONGO ITU APA SIH? (CARA MENGATASI GANGGUAN TONGO)
9. Kalajengking
Hal paling ditakuti anak-anak penduduk kampung saat mencari jangkrik yakni kalajengking. Mahluk ini hidup dilubang-lubang yang mirip seperti tempat tinggal jangkrik.
Maka tidak heran, beberapa diantara anak-anak yang hobi berburu jangkrik pada tahun 90-an tersengat kalajengking. Tapi untuk racun kalajengking itu tidak mematikan.
Jika dulu sangat mudah menemukan kalajengking, saat ini sulit sekali menemukannya. Keberadaan kalejengking seolah tidak lagi bisa dilihat secara langsung di alam.
10. Lancah Maung
Lancah Maung di sarangnya |
Bahasa lain lancah maung yakni tarantula atau laba-laba harimau. Hewan ini sangat mudah ditemukan dengan ciri khas tempat tinggal dilubang-lubang tanah dan bentuk tubuh layaknya laba-laba namun berukuran besar.
Dulu anak-anak di kampung sangat takut pada hewan ini dan jarang ada yang berani mengganggunya. Tapi karena ekosistem yang mulai rusak lancah Maung sudah mulai sulit ditemukan.
Padahal jika hewan ini masih ada, ia merupakan predator alami dari hama wereng. Dan itu sudah teruji di laboratorium bahwa hama wereng dapat dibasmi dengan lancah Maung.
Demikian beberapa hewan yang semula banyak ditemukan di daerah saya namun sekarang sangat sulit ditemukan. Hal ini terjadi karena ekosistem yang rusak akibat ulah manusia semisal semakin menjamurnya pemukiman.
Jika di sekitar tempat tinggal saya hewan - hewan tersebut mulai susah ditemukan, bagaimana dengan ditempat tinggal teman Jagoan Banten yang lain? Semoga masih banyak yah.
Mari kita jaga kelestarian alam untuk masa depan anak cucu kita. Jangan sampai mereka hanya tahu dalam gambar atau video tanpa melihatnya secara langsung di alam.
Saya kira masih banyak hewan lain yang mulai punah disekitar kita, silahkan teman Jagoan Banten tambahkan pada kolom komentar.
Semoga bermanfaat...
#pengetahuan umum
Wow luar biasa dg mengamati lingkungan jadilah tulisan yg informatif ini.
ReplyDeleteCuma kadang sedih Bu, hewan yang dulu banyak skrg sudah tidak ada
DeleteMasih banyak kok pak, masih bisa ditemukan dilingkungan sekitar kampung sendiri
ReplyDeletePernah lihat ikan Slili? Yuyu? Bogo?belut? Tapi di alam, bukan di pasar? Saya mah sudah jarang manggihan
ReplyDeleteBener udah susah ditemuin sekarang ini. Terus semangat berbagi lewat tulisan.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteYuyu udah ga pernah ditemuin lagi di kubangan rawa, dulu mah ada air menggenang yang msh lapang tanah banyak yuyunya
ReplyDeleteMantab . Jangan lupa mampir Baca manga
ReplyDeleteBerat loadingnya
DeleteAsli Ayah saya dulu berternak burung puyuh tapi untuk melihatnya di alam liar kayanya belum pernah dah
ReplyDeleteYuyu, kaki seribu, sama tokek sampe sekarang masih gampang ditemuin sih di daerah saya. Tapi kalau yang lain baru udah jarang banget ditemuin. Nice artikel gan, semangat selalu^^
ReplyDeleteDaerah mana gan? Di saya sulit
Delete