Jagoan Banten. Berdasarkan berita di cnnindonesia.com (23/01/2021) disebutkan bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mendorong pemerintah daerah untuk segera menyelenggarakan pembelajaran tatap muka.
Nadiem khawatir jika sekian lama pembelajaran tatap muka tidak terjadi maka akan membawa dampak negatif salah satunya learning loss.
Learning loss merupakan fenomena dimana sebuah generasi kehilangan kesempatan ilmu karena penundaan proses belajar mengajar.
Nadiem menilai learning loss sulit dihindari dalam kondisi pandemi. Karenanya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) gencar memberikan bantuan kuota untuk pelaksanan PJJ selama anak di rumah.
Tanda learning loss pada siswa sudah tampak. Hal ini bisa dilihat dari hasil survei Kemendikbud pada 13 November hingga 17 Desember 2020 dengan responden kepala satuan pendidikan (3.077 orang), guru (11.306 orang), siswa (24.158 orang), dan orangtua (19.100 orang).
Baca Tulisan Lain :Kemdikbud Kembali Buka Pendaftaran Calon Peserta Pendidikan Guru Penggerak Angkatan Ketiga. Berikut Jadwal Dan Tahapannya
Pelaksanaan Asesmen Nasional Pada Bulan September 2021
Download Buku Inspirasi Contoh Soal Ujian Satuan Pendidikan Tingkat SMP Untuk Semua Pelajaran
"Terdapat 20 persen sekolah secara nasional menyatakan sebagian siswa tidak memenuhi kompetensi. 20 persen inilah yang diduga mengalami learning loss" ujar Plt Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Kemendikbud, Totok Suprayitno dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X DPR RI (www.jawapos.com, 22/01/2021).
Dampak Negatif Lain
Berdasarkan panduan penyelenggaraan pembelajaran pada semester genap tahun ajaran 2020 / 2021 di masa Pandemi covid-19, pemerintah sepertinya menyadari beberapa dampak negatif pembelajaran tatap muka yang tidak terjadi. Dampak negatif tersebut antara lain :
1. Ancaman Putus Sekolah
Ancaman putus sekolah di sebabkan dua hal sebagai berikut :
- Anak harus bekerja. Resiko putus sekolah dikarenakan anak "terpaksa" bekerja untuk membantu ekonomi keluarga ditengah krisis akibat Pandemi Covid-19.
- Banyak orang tua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam belajar mengajar apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka
2. Kendala Tumbuh Kembang
Selain ancaman putus sekolah, pembelajaran tatap muka yang tak kunjung terjadi akan membawa dampak negatif pada perkembangan anak antara lain :
- Kesenjangan capaian belajar
Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dengan sosio ekonomi berbeda
- Ketidakoptimalan pertumbuhan
Turunnya keikutsertaan dalam PAUD sehingga kehilangan tumbuh kembang yang optimal di usia emas.
- Resiko "learning loss"
Hilangnya pembelajaran secara berkepanjangan beresiko terhadap pembelajaran jangka panjang baik kogintif maupun karakter
3. Tekanan Psikososial dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- Anak stress
Minimnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan luar ditambah dengan tekanan akibat sulitnya PJJ menyebabkan stress pada anak
- Kekerasan yang tidak terdeteksi
Tanpa sekolah, banyak anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga tanpa terdeteksi oleh guru
Ikuti Protokol Kesehatan Pembelajaran Tatap Muka
Dengan melihat berbagai dampak negatif di atas, maka wajar jika Mendikbud mendorong agar pembelajaran tatap muka segera dilaksanakan.
Namun demikian, Mendikbud menekankan agar pembelajaran tatap muka harus memenuhi protokol kesehatan.
"Tolong bagi pemda-pemda di mana sekolah-sekolahnya paling sulit melakukan PJJ (pembelajaran jarak jauh), harap segera mulai dilakukan untuk tatap muka. Toh tatap muka tersebut dilakukan dengan protokol kesehatan dan kapasitas 50 persen," kata Nadiem dikutip oleh cnnindonesia.com (23/01/2021).
Protokol kesehatan yang dimaksud Mendikbud dan wajib diikuti selama pembelajaran tatap muka antara lain :
- Menjaga jarak minimal 1,5 meter;
- Membatasi jumlah peserta didik di dalam kelas yakni sebanyak 18 orang untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah;
- Jadwal belajar dengan sistem shifting (bergiliran);
- Menggunakan masker kain 3 lapis/menggunakan masker bedah;
- Mencuci tangan memakai sabun / menggunakan hand sanitizer;
- Menerapkan etika batuk dan bersin;
- Harus dalam kondisi sehat, atau jika sedang mengidap sakit lain harus dalam kondisi terkontrol;
- Tidak memiliki gejala COVID-19 termasuk pada orang serumah dengan warga sekolah
- Tidak diperbolehkan istirahat di luar kelas / ke kantin;
- Tidak diperbolehkan melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan selain KBM; dan
- Pembelajaran di luar lingkungan satuan pendidikan diperbolehkan namun dengan protokol kesehatan ketat
Untuk lebih lengkap mengenai teknis dan protokol kesehatan yang harus dilaksanakan silahkan baca pada Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Semester Genap Tahun Ajaran 2020 / 2021 Di Masa Pandemi Covid-19.
Silahkan download panduan tersebut untuk membacanya lebih detail.
Referensi :
- https://www.google.com/amp/s/www.jawapos.com/nasional/pendidikan/22/01/2021/survei-kemendikbud-20-persen-siswa-kehilangan-kompetensi-belajar/%3famp
- http://ditsmp.kemdikbud.go.id/protokol-kesehatan-wajib-dilaksanakan-selama-pembelajaran-tatap-muka/
- https://m.cnnindonesia.com/nasional/20210113170344-20-593273/khawatir-learning-loss-nadiem-dorong-pemda-buka-sekolah
Ngeri ya Pak. Terutama anak PAUD dan SD yg terkendala sinyal. Tp mau tatap muka, takut.
ReplyDeleteDampaknya sangat terasa di kelas awal SD
ReplyDeleteBuah simalakama
Benar Bu, serba salah
ReplyDelete