Laman

Wartawan Bangkotan : Menulis Itu Harus Dimulai. Namanya Juga Menulis. Ya Tulis Sekarang Juga!


Sangat menarik pelatihan menulis Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) kedatangan narasumber wartawan bangkotan. 

Ia lebih dikenal dengan nama Nur Terbit. Padahal nama aslinya Nur Aliem Halvaima, SH. MH. 

Anak Bugis Makassar yang dilahirkan 10 Agustus 1960 ini bisa dikatakan sudah kenyang berprofesi sebagai wartawan. Dari sejak 1980 sampai dengan 2014 pada Harian Terbit. 

Pada 2014 - 2017 ia menjabat sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred) Vonis Tipikor versi cetak dan online. Dilanjutkan menjadi Pemred Majalah Corong versi cetak dan online pada 2019 -2020. Dan tahun 2020 ini ia menjadi Pemred Telescope versi majalah dan online.

Selain itu sejak 2014 ia aktif menulis pada beberapa media online semisal tabloid, majalah, blog, dan sebagainya. Posisinya sebagai redaktur tamu dan juga admin. Ia juga menjadi Redaktur Eksekutif pada media online, Possore.com dari 2015 sampai sekarang.

Beliau juga memiliki segudang prestasi. Dalam berbagai perlombaan menulis ia menjadi juara. Dua kali berturut-turut Juara Lomba Menulis Artikel Bertema Pramuka antar wartawan dan Umum Tingkat Nasional 2011 dan 2013, yang digelar Kwarnas Pramuka. Juara Lomba Menulis Pengalaman Mudik Asyik Republika Online. Juara di beberapa lomba menulis blog antara lain: Online Shop Kudo, Lomba Menulis Puisi Spontan Pedas, Lomba Blog Teacher Writing Camp IGI Bekasi, Smartphone Oppo, Dompet Duafa, Asuransi Raksa Online, Online Shop Shofie Martin, Restauran Bebek Kaleyo, BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), Tokoh Populer, Suara Konsumen.

Termasuk dalam hal menulis buku, ia berhasil menerbitkan dua buku solo "Lika Liku Kisah Wartawan" dan "Wartawan Bangkotan".


Dengan melihat kiprahnya dalam dunia jurnalistik atau dunia tulis menulis, jadi sangat wajar ia dijuluki sebagai "Wartawan Bangkotan" alias wartawan tua atau super senior dengan segudang prestasi.

Sungguh beruntung kelas menulis KSGN mendapatkan narasumber sekelas Nur Terbit. Keterampilan peserta dalam menulis dapat bertambah lagi terutama dalam menulis sebuah reportase atau berita. 

Berikut resume dari pemaparan Nur Terbit Sang Wartawan Bangkotan pada peserta pelatihan menulis KSGN.


Perbedaan Menulis Berita Dengan Menulis Lain

Diawal pemaparannya, wartawan bangkotan ini menjelaskan tentang perbedaan mendasar menulis reportase dengan membuat tulisan yang lain.

Menulis berita terikat dengan kode etik yang harus diikuti dan juga format atau standar baku yaitu tulisan berita dilarang keras memasukan pendapat pribadi (opini) penulis atau wartawannya.

Untuk menyampaikan pendapat, gagasan atau pikiran wartawan, biasanya disediakan rubrik khusus opini. 

Tidak hanya wartawan, rubrik ini juga bisa diisi tulisan lain dari pihak luar atau pembaca yang memiliki bidang keahlian tertentu. 

Perbedaan lain dalam menulis berita yaitu lebih menekankan rumus baku 5W1H + S (what, who, why, where, when, how dan security) dalam penulisannya. What dan why wajib dijawab terlebih dahulu saat memberitakan suatu informasi.

Security (S) juga menjadi perhatian penting dalam menulis berita. Artinya informasi yang diberitakan sudah terlebih dahulu dilakukan crosscek tentang kebenarannya. 

Perbedaan lain menulis berita atau tulisan lain di media biasanya lebih banyak menggunakan bahasa populer atau bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Berbeda halnya dengan tulisan ilmiah yang menggunakan konsep-konsep sesuai spesifikasi ilmu yang mendasarinya.


Menulis Sejak Dini

Keterampilan menulis apapun baik tulisan ilmiah, reportase, buku dan sebagainya, tidak mungkin diperoleh secara instan. Proses panjang dilalui dalam memperoleh keterampilan tersebut.

Hal ini juga dialami oleh Nur Terbit Sang Wartawan Bangkotan. Keterampilan menulisnya diperoleh dari kebiasaan menulis sejak SD.

Orang tuanya yang bekerja di Dinas P dan K atau Kemendikbud sekarang, sering kali membawa buku bacaan ke rumah karena bertugas membagikan buku-buku inpres ke sekolah-sekolah. 

Buku-buku itu dibaca Nur Terbit sehingga ia menjadi terbiasa membaca. Karena kebiasaannya itu ia terinspirasi menulis dan mengirimkan tulisannya ke media lokal di Makassar. Tentu saja tulisannya untuk standar anak SD.

Berkaca dari pengalaman tersebut, kita pun belum terlambat untuk menjadi penulis hebat. Caranya dengan konsisten menulis dan banyak membaca. Untuk mahir menulis harus banyak membaca. Demikian kata Sang Wartawan Bangkotan.

Selain itu kebiasaan membaca dan menulis ini bisa kita tularkan ke anak-anak kita dengan memberi mereka buku-buku bacaan menarik. Kebiasaan ini akan membawa mereka menjadi penulis hebat suatu saat kelak. 


Meningkatkan Keterampilan Menulis

Dalam sesi tanya jawab, Nur Terbit Sang Wartawan Bangkotan memberikan beberapa teknik atau tips agar mampu membuat tulisan hebat. 

Menurutnya, hal terpenting yaitu banyak membaca. Dengan banyak membaca akan memperoleh keuntungan antara lain :

  1. Memperkaya perbendaharaan kata
  2. Belajar bagaimana ejaan, kata dan kalimat yang baik (EYD)
  3. Menambah wawasan semisal dalam membuat format tulisan, menyusun paragraf, huruf sambung dan lain sebagainya.
  4. Belajar gaya penulisan orang lain untuk ditiru sehingga kita menemukan gaya sendiri.

Selain beberapa hal di atas, sang wartawan bangkotan juga memiliki kunci spesial dalam membuat tulisan menarik sebagai berikut :

1. Menulis dengan kunci 3D (Dialami, Disukai, Dikuasai)

Tulislah sesuatu yang dialami, disukai atau dikuasai. Akan lebih sempurna jika ketiganya ada. 

Banyak hal yang kita alami dikehidupan sehari-hari bisa menjadi tema tulisan. Saat terjadi kecelakaan, putus cinta, bersedih karena kehilangan orang tua, dan sebagainya bisa dijadikan bahan tulisan.

Begitu juga apa yang disukai atau hobi semisal berkebun, bersepeda itu pun bisa menjadi bahan tulisan menarik. Kita bisa membuat tulisan semisal bagaimana merawat bunga, tips bersepeda yang baik dan sebagainya. 

Dan apa bila kita menguasai suatu bidang, semisal sebagai guru IPS menguasai materi Sejarah Rengasdengklok, itu pun bisa jadi tulisan yang menarik.

2. PSLS = Peka Dengan Lingkungan Sekitar atau kepo (istilah sekarang). 

Keingintahuan yang tinggi atas suatu hal bisa memicu untuk melakukan penelusuran dan hasilnya dituangkan dalam sebuah tulisan. 

3. TBTO = Terus Belajar atau Baca Tulisan Orang.

Ini berguna selain menambah perbendaharaan kata, juga dapat menjadi dasar dalam menemukan gaya tulisan.

4. TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos)

Keterampilan menulis akan tumbuh semakin baik jika sering berlatih. Bentuk sederhana latihan menulis semisal menulis status di media sosial atau blog. Lakukan secara rutin. 

5. TILM = Terus Ikut Lomba Menulis.

Terkadang kita puas dengan kualitas tulisan yang dibuat, padahal belum tentu penilaian orang lain. Untuk mengukur kualitas tulisan, ikut sertakan dalam berbagai perlombaan menulis.

Selain dengan mengikutsertakan pada perlombaan, kriteria lain bisa dilihat dari jumlah komentar, jumlah view dan share yang dilakukan jika tulisan tersebut online.


Menulis Apa Di Koran?

Jika guru ingin mencoba membuat tulisan di koran atau sejenisnya, tulisan yang tepat yaitu terkait dengan pendidikan (dikuasai). Cari media yang menyediakan rubrik pendidikan.

Jika ingin menulis dengan tema yang lain, lihat aktualitasnya. Semisal saat musim Pilkada, Pilpres kita membahas tentang pemilihan RT atau Pilkades. Tentu ini kurang tepat. 

Dalam menulis di koran atau media sejenis, buat judul yang menarik. Isi tulisan buat seperti Piramida terbalik.

Maksudnya esensi atau hal yang paling penting dari tulisan disimpan pada bagian atas. Sementara yang kurang penting atau informasi tambahan disimpan pada bagian bawah.

Hal ini bertujuan agar tulisan tidak kehilangan aktualitas saat mengalami pemotongan oleh redaktur karena biasanya redaktur akan menghilangkan bagian bawah tulisan jika dianggap perlu semisal untuk space iklan.


Menulis Saja Dulu

Pada sesi penutup pelatihan menulis, Sang Wartawan Bangkotan berpesan "Menulis Itu Harus Dimulai. Namanya juga menulis. Ya tulis sekarang juga".

Kalimat ini seolah ingin mengingatkan kita bahwa tidak akan pernah jadi penulis hebat jika tidak dimulai dari kata pertama yang kita tulis. Ingat selalu, burung terbang tinggi dimulai dari kepakan sayap yang pertama.

Jangan biarkan ide menumpuk dikepala, tuangkan segera menjadi tulisan. Saat kehabisan ide, tulis saja apa yang terlintas.

Jika benar-benar macet, berhenti menulis sejenak, mulai lagi besok hari. Baca literatur yang sesuai. Pada akhirnya tulisan biasanya akan selesai. 

Mengakhiri materinya, Sang Wartawan Bangkotan mengutip kata-kata penyanyi yang sudah go internasional, Anggun C. Sasmi. Saat ditanya wartawan apa kunci suksesnya, jawabnya "Kalau mau sukses, mandi aja dulu. Karena sukses, peluang dan rezeki, kita tidak tahu kapan datangnya...".

Mari kita mulai menulis dan terus menulis. Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Masalah sukses atau tidak itu urusan Tuhan. 

Terima kasih Bapak Nur Terbit, Sang Wartawan Bangkotan atas ilmu yang dibagikan.

Semoga bermanfaat buat teman Jagoan Banten. 

7 comments:

  1. bang nur terbit memang wartawan senior yg sangat inspiratif

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Omjay mau berkunjung di blog saya, suatu kehormatan dan memotivasi saya dalam menulis

      Delete
    2. Terima kasih Omjay....
      Saya juga terinspirasi dari Omjay dari semangatnya menulis....salam

      Delete
  2. Wuih resumenya super mantap, ga ada materi yg terlewatkan.. semanagat terus Jagoan Banten..

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, tidak sia-sia Omjay (Wijaya Kusumah) sebagai penggagas pelatihan belajar.mwnulianbagi guru ini. Salah satu bukti dari pelatihan tersebut adalah tulisan resumedari Kang dudu Apriatna ini.

    Semoga materi dari saya yang "bangkotan" ini makin memperkaya wawasan teman-teman guru dalam menulis. Terus menulisnya kang...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih pak sudah berkunjung di blog saya, sebuah kebanggaan bisa dikomentari bapak. Terima kasih juga atas ilmu yang dibagikan

      Delete