Padahal ide sudah tergambar jelas. Saya mau menulis ini lho. Saya mau bahas itu lho. Ini menarik. Itu apalagi. Tapi apakah saya menguasai materi ini. Ahh apa saya mampu menguraikannya menjadi kata-kata menarik?
Pertanyaan demi pertanyaan silih berganti. Keraguan mulai mencuat. Bagaimana kalau nanti dinilai buruk oleh yang baca. Bagaimana kalau tulisan ini hanya menunjukan kebodohan saya saja.
Semua jadi tahu kalau saya tidak pandai merangkai kata. Ahh.. apa saya lupakan saja keinginan jadi penulis.
Kalau sudah begini mana mungkin berhasil membuat buku bagus. Jangankan buku, satu paragraf pun pasti tak akan terangkai.
Lalu saya harus bagaimana?? Jika benar ingin jadi penulis hebat, rubah mindset dan passion dong. Itu kata Bu Jamila K. Baderan, M.Pd.
Jamila K. Baderan, M.Pd |
Lah emang siapa ibu ini? Yang pasti kalau KSGN mengundang narasumber, dia merupakan orang hebat. Buktinya saja Bu Jamila sudah berhasil membuat dua buah buku solo di penerbit mayor. Penerbit mayor lho! Kurang hebat apa coba?
Terus bagaimana agar kita bisa seperti Bu Jamila? Gampang, kita tiru saja caranya dia agar jadi penulis hebat.
Yang pertama sekali menurut Bu Jamila, ya rubah mindset dan passion kita. Pasti tahu dong arti mindset? Iyah, cara pandang kita.
Jika sebelumnya tidak yakin bisa jadi penulis hebat, oke dari sekarang katakan bahwa saya bisa. Rubah impian itu jadi kenyataan. Kata Bu Jamila sih rubah ekspektasi jadi prestasi. Mereka bisa, apa kita tidak bisa? Pasti bisa!
Kalau tekad sudah kuat, passion kita juga harus berubah. Passion itu semacam kesukaan atau hobi begitulah. Sesuatu yang membuat kita merasa senang saat melakukannya. Tidak ada kata bosan. Tidak pula memiikirkan untung rugi.
Jadikan menulis bagian dari passion kita. Ya menulis saja terus. Saat menulis bisa buat hati senang berarti kita sudah dapat passion itu.
Jika dua hal itu sudah dimiliki, mewujudkan mimpi menjadi seorang penulis buku atau penulis hebat pasti terwujud. Itu jaminannya lho. Wah, mantap kan?
Nah, sekarang kita mulai tips sederhana membuat tulisan. Dari mana kita mulai menulis? Mulai saja dari kata pertama yang terlintas. Tuliskan kata itu sekarang!
Semisal kata pertama yang terlintas "rumah" tulis saja kata "rumah". Kemudian susul dengan kata kedua ketiga dan seterusnya. Semisal "rumah itu bagus soalnya berwarna keemasan".
Wah masa buat kalimat seperti itu. Tata bahasanya terkesan "norak". Semua pasti bisa membuat kalimat begitu.
Yaelah, ini mau belajar nulis apa mau jadi tukang demo? Kalau memang mau jadi penulis, coba saja dulu. Jangan pikirkan kalimat- kalimat amburadul yang kita buat.
Tulis dan tulis saja apa pun yang ada di otak. And then look the miracle. It's like magic. Kalau kalimat pertama sudah dapat, tulisan seolah mengalir dengan sendirinya.
Tidak percaya? Buktikanlah. Tulisan ini pun bukti dari keajaiban itu.
Itu yang Bu Jamila bagikan. Jangan pernah memikirkan baik buruknya tulisan kita. Tulis saja sampai selesai. Baru kemudian kita jadi pembaca pertama tulisan kita. Ada yang kurang pas, ganti. Ada yang perlu di tambahin, ya tambahin lah.
Tips ini sudah biasa dipakai semua penulis hebat. Buktinya beberapa narasumber sebelumnya juga menganjurkan hal yang sama.
Diulang lagi yah, tulis saja dulu apa yang terlintas di otak, selesaikan tulisan. Satu kali duduk satu tulisan. Jangan memikirkan benar salah, jelek bagus, typo dan sebagainya.
Setelah jadi, barulah kemudian lakukan swasunting alias edit sendiri. Notice keras sebelum tulisan jadi jangan memikirkan editan.
Bu Jamila bilang, itu cuma jadi penghambat kita dalam menulis. Yang ada justru tulisan tidak beres-beres karena memikirkan yang dirasa belum pas.
Masih menurut Bu Jamila, kalau kita ingin sukses jadi seorang penulis, menulislah seperti layaknya air mengalir. Ia bebas bergerak kemana pun selagi ada celah. Tak peduli batu, tak peduli batang pohon, sampah, apapun yang menghadang, lewati saja.
Mengapa begitu? Ya karena kita sering kali menulis sambil memikirkan penilaian orang. Kita jadi tertekan dan ingin menciptakan karya super sempurna. Wow, sudah super pakai sempurna lagi.
Bukan satu dua orang penulis pemula yang takut mendapat penilaian buruk atas tulisannya. Jika begini, ia akan malas melanjutkan menulis.
Tidak percaya diri dengan kualitas tulisan itu bak bendungan yang menghadang laju air mengalir. Hancurkan saja.
Abaikan apa pun pikiran negatif tentang penilaian orang. Menulis lah secara bebas. Menulis lah apa pun yang mau kita tulis. Kata anak zaman now "bodo amat" orang mau nilai apa.
Biar mudah dipahami, berikut poin penting yang Bu Jamila bagikan :
- Tulislah apa yang ingin kita tulis.
- Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
- Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
- Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
- Menulis jangan terlalu lama.
- Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca
Ya lakukan saja enam hal di atas, dan dengan tekad yang kuat, wujudkan mimpi kita menjadi prestasi dalam kenyataan.
Sebagai tambahan, jika ingin menulis buku supaya bisa best seller, pilih tema yang trending topik. Caranya sudah dijelaskan pada resume sebelumnya. Iya, melalui Google trend.
Saya sepakat jika ingin buat buku menarik cari tema populer. Tapi saya kurang sepakat jika tulisan diblog ingin meningkatkan traffic dengan menulis tulisan populer.
Yang ada tulisan kita tenggelam dengan tulisan lain yang lebih bagus. Tulisan kita berada pada daftar terakhir dipencarian google.
Bisa jadi ini juga berlaku pada tema untuk buku. Jika banyak penulis hebat menulis tema yang sama, tulisan pemula jadi pilihan terakhir walau isi bukunya mungkin lebih bagus.
Tapi ya mau bagaimana lagi, penerbit akan sulit menerima tema tidak populer dari penulis tidak populer. Itu resikonya.
Satu-satu cara ya dengan membangun personal branding kita. Penulis profesional merupakan penulis pemula yang tidak pernah berhenti menulis. Inget saja lah itu. Oke!
Bangun image bahwa kita pakar dalam tulisan tertentu sehingga orang tidak ragu atas isi tulisan kita.
Semisal Andrea Hirata diminta menulis tentang ilmu psikologi, ya nggak nyambung. Andrea Hirata branding-nya sebagai penulis novel. Itu brand dia. Dan penerbit akan lebih suka jika Andrea Hirata menulis novel dibanding menulis buku psikologi.
Wah, saat saya scroll ke atas, ternyata tulisan ini sudah banyak. Padahal saya menulis dengan mengalir saja. Mengikuti kata pertama yang muncul. Maybe it's my miracle.
Menutup tulisan ini saya kutip kata-kata Ibu Jamila "Intinya ubah mindset, passion, bangun tekad, kuatkan niat, dan harus konsisten menulis. Jangan lupa banyak membaca. Sering-sering blog walking".
Semoga menginspirasi. Semangat menulis. Wujudkan mimpi jadi prestasi.
No comments:
Post a Comment