Laman

Astaga, Ternyata Bumi Nusantara (Indonesia) Pernah Dijajah Bangsa Arab. Benarkah?

Pedagang Arab di Malaka. Sumber gambar : medium.com


Setahu saya, terdapat enam negara yang pernah menjajah bumi Nusantara, yakni :

1. Portugis (1509 - 1595)

2. Spanyol (1521 - 1692)

3. Belanda (1602 - 1942)

4. Prancis (1806 - 1811)

5. Inggris (1811 - 1816)

6. Jepang (1942 – 1945)

Penjajahan ini bermula dari penjelajahan samudera untuk menemukan dunia baru yang dipelopori bangsa Portugis. Semangat mereka dikenal dengan 3G atau gold, glory, dan gospel.

Dengan semangat itu, tujuan mereka melakukan penjelajahan samudera yakni mencari kekayaan (gold), mencari kejayaan (glory) dan menyebarkan ajaran agama Nasrani (gospel). 

Yang membuat saya heran, mengapa ada pendapat yang menyatakan bahwa bangsa Arab, Yaman, China juga ikut menjajah bumi Nusantara waktu itu. 

Terlebih bangsa Arab yang menyebarkan agama Islam dianggap sebagai imperialisme di bumi Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sebagai hasil dari proses penjajahan yang dilakukan bangsa Arab di Indonesia. 

Tapi benarkah bangsa Arab menjajah bumi Nusantara?

Untuk menjawab ini, pertama saya coba mengidentifikasi definisi penjajahan atau imperialisme, apakah keberadaan bangsa Arab di Nusantara termasuk kategori itu, dan yang kedua dengan melihat bagaimana persebaran agama Islam dibumi Nusantara, apakah benar sebagai bagian dari proses penjajahan.


Definisi Penjajahan Atau Imperialisme

Penjajah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda yang berarti (1) negeri (bangsa) yang menjajah: dengan kekuatan senjata akhirnya kaum penjajah itu berhasil menguasai daerah itu;(2) orang yang terlalu menguasai (menindas dan sebagainya) orang lain (bawahan dan sebagainya). Sedangkan penjajahan merupakan proses yang dilakukan penjajah. 

Menurut istilah, penjajahan adalah suatu sistem di mana suatu negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi masih tetap berhubungan dengan negara asal, istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan. (Wikipedia).

Terdapat dua konsep penting dalam penjajahan, yakni kolonialisme dan imperialisme. Dua konsep ini sangat mirip namun berbeda. 

Jika kolonialisme bertujuan untuk menguasai dan menguras habis semua sumber daya yang ada dan kemudian dibawa ke negaranya, maka imperialisme bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada semua bidang kehidupan negara yang bersangkutan.

Kolonialisme dilakukan dengan mengirim pasukan untuk menduduki suatu wilayah yang kemudian mengeruk semua sumber daya yang ada di negara tersebut. Sedangkan imperialisme dilakukan dengan memperluas wilayah kekuasaan untuk menyebarkan pengaruh pemilik kekuasaan tertinggi tanpa harus menduduki wilayah kekuasaannya. Ambisi tertinggi dari imperialisme yakni menguasai (secara paksa) seluruh dunia untuk kepentingan imperiumnya. 

Secara umum imperialisme dibagi menjadi dua yakni imperialisme kuno (ancient imperialism) dan imperialisme modern (modern imperialism). 

Apa yang dilakukan penjajah dengan motivasi gold, glory dan gospel itu termasuk dalam kategori imperialisme kuno. Sedangkan imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas termasuk sebagai tempat penanaman modal untuk mendapat keuntungan maksimal.

Dalam perkembangannya, imperialisme berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi imperialisme politik, imperialisme ekonomi, imperialisme kebudayaan dan imperialisme militer. Ciri khas dari semua jenis imperialisme tersebut dilakukan secara paksa. 

Bagaimana dengan bangsa Arab di Indonesia, apakah mereka melakukan kolonialisme atau imperialisme atas bumi Nusantara? 

Pertama, memang benar bangsa Arab datang ke Indonesia untuk menyebarkan pengaruhnya terutama ajaran agama Islam dengan cara berdagang. Tapi proses tersebut dilakukan tidak dengan cara paksaan seperti ciri khas dari dari kolonialisme atau imperialisme. 

Kedua, kedatangan bangsa Arab ke Nusantara bukan dalam koloni yang dimobilisasi dalam satu komando. Mereka merupakan kafilah -kafilah pedagang yang hendak mencari keuntungan dipelabuhan - pelabuhan penting di Nusantara.

Ketiga, bangsa Arab tidak memiliki tujuan untuk mengeruk kekayaan atau menguras habis sumberdaya di bumi Nusantara untuk dibawa ke negaranya. 

Keempat, bangsa Arab tidak menggunakan kekuatan senjata untuk menyebarkan pengaruh ajaran Islam. Jika pada perkembangannya terjadi peperangan antara kerajaan Islam dengan kerajaan lain lebih pada perebutan kekuasaan diwilayah Nusantara itu sendiri. 

Kelima, bangsa Arab tidak melakukan penindasan terhadap penduduk Nusantara seperti halnya apa yang dilakukan bangsa penjajah. 

Dengan memperhatikan beberapa hal di atas, keberadaan bangsa Arab di Indonesia saat itu jelas jauh dari karakteristik bangsa penjajah. Tapi mengapa ada pendapat bahwa bangsa Arab menjajah Nusantara?


Proses Masuknya Islam Ke Nusantara / Indonesia

Terdapat beberapa pendapat tentang kapan pertama kali Islam masuk Indonesia. Pendapat pertama dikemukakan oleh Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) yang menyatakan bahwa Islam berasal dari tanah Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung pada abad – abad pertama Hijriah atau abad ke – 7 Masehi. Pendapat ini di dasarkan bukti bahwa Islam di Indonesia sejak awal banyak menganut mazhab Syafi’I atau mazhab yang sama di anut penduduk Mekkah. 

Pendapat lain yang mendukung pendapat ini dikemukakan oleh Anthony H. Johns. Ia menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia di bawa oleh para musafir atau pengembara yang datang ke kepulauan Indonesia. 

Bukti lain yang mendudukung pendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi adalah catatan Dinasti Tang yang berjudul Hsin-tangshu (Sejarah Dinasti Tang) yang menyebutkan bahwa terdapat pemukiman pedagang Arab di Polu-shih (Barus, Pantai Barat Sumatera)

Pendapat kedua dikemukakan oleh Hoesein Djajadiningrat yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia. Pendapat ini didasarkan pada banyaknya kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dengan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain perayaan 10 Muharam atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, seperti yang berkembang dalam tradisi Tabot di Pariaman, Sumatera Barat dan Bengkulu.

Pendapat ketiga dikemukakan oleh Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Gujarat (India) sekitar abad ke – 13 Masehi. Pendapat ini didukung oleh Mouquette (Ilmuwan Belanda) yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 13 – 14 Masehi. 

Bukti yang mendukung pendapat tersebut antara lain adanya tulisan pada batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 689 H atau 1297 M. Mouquette melihat ada kesamaan batu nisan Malik al-Saleh dengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat. 

Bukti lain yang mendukung pendapat ini adalah adanya catatan Marcopolo (pedagang Venesia) yang singgah di Sumatera dalam perjalanan pulangnya dari Cina pada tahun 1292. Di sana disebutkan bahwa Perlak merupakan kota Islam.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia secara berangsur dari abad ke 7 sampai 13 Masehi. Pada abad ke 7 masehi, Islam berasal dari Arab. Sedangkan pada abad ke 13 dari Gujarat. Sementara Islam sebagai entitas politik atau munculnya beberapa kerajaan bercorak Islam di mulai pada abad ke 13.

Kesimpulan lain yang bisa diambil dari uraian di atas bahwa agama Islam berkembang di nusantara tidak hanya dibawa oleh Bangsa Arab, tetapi ada bangsa lain yakni Persia dan juga India (Gujarat) yang ikut serta menyebarkan agama Islam. 

Islam menyebar di Indonesia melalui beberapa cara antara lain perdagangan, pernikahan, pendidikan dan juga kesenian. Terkait dengan perdagangan, Indonesia saat itu merupakan jalur perdagangan antar benua dan antar Negara. 

Perdagangan di Asia Tenggara telah berlangsung sejak awal abad masehi. Indonesia terlibat dalam perdagangan internasional karena letaknya yang strategis yaitu dipersimpangan jalan perdagangan antara timur dan barat. 

Berlakunya siklus angin muson menyebabkan para pedagang singgah disepanjang jalur perdagangan dari Laut Merah sampai Laut Cina Selatan. 

Pada masa Hindu – Budha, Kerajaan Sriwijaya menjadi negara maritim terkuat saat itu. Sriwijaya mengandalkan perekonomiannya dari perdagangan dan hasil – hasil laut. Sriwijaya menjadi bandar atau pusat perdagangan saat itu. Namun setelah Sriwijaya mengalami kemunduran, pusat – pusat perdagangan pindah ke Samudera Pasai, Pide, Tuban, Gresik dan Malaka. Dalam perkembangan selanjutnya Malaka menjadi bandar internasional.


Malaka kemudian menjadi tempat bertemunya para pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, Cina dan pedagang Nusantara. Mereka membawa barang dagangannya masing – masing untuk dijual di Malaka. 

Selama mereka tinggal di Malaka terjadi interaksi diantara mereka dengan masyarakat setempat dan pedagang dari wilayah lain di Nusantara. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang dari Gujarat, Arab dan Persia untuk menyebarkan agama Islam. 

Pedagang – pedagang di Malaka kemudian memeluk Islam. Termasuk para pedagang dari Nusantara juga masuk Islam yang kemudian mereka menyebarkan agama Islam dipelabuhan – pelabuhan Nusantara yang mereka singgahi. 

Pada awal abad ke 14, kerajaan – kerajaan yang semula memeluk agama Hindu kemudian memeluk agama Islam.

Pada tahun 1511 Bandar Malaka direbut Portugis. Oleh karena Portugis menjalankan monopoli perdagangan, maka pedagang Islam memindahkan kegiatannya ke Aceh, pantai barat Sumatra, Selat Sunda dan Banten. Kemudian berkembang pelabuhan – pelabuhan di pantai utara Jawa, Banjarmasin, Gowa dan Ternate. Perubahan jalur ini menyebabkan penyebaran agama Islam semakin luas.

Akibat dari perubahan jalur tersebut juga memicu tumbuhnya pusat – pusat ekonomi pasar baru disepanjang pantai jalur perdagangan. Pada perkembangannya, pusat pasar tersebut berubah menjadi pusat – pusat kekuasaan pemerintah. Kemajuan perdagangan di pusat – pusat kekuasaan pemerintah tersebut kemudian menjadi kerajaan – kerajaan bercorak Islam.

Dengan melihat proses bagaimana Islam berkembang di Indonesia, rasa-rasanya tidak ada peran yang begitu besar dari bangsa Arab selain interaksi yang terjadi saat mereka melakukan perdagangan di beberapa pelabuhan penting. 

Selain itu, Islam berkembang akibat Malaka dikuasai Portugis. Jadi Muslim di Indonesia mungkin harus berterima kasih pada bangsa Portugis karena dengan dikuasainya Malaka justru semakin memperluas penyebaran agama Islam di Nusantara.


Penutup 

Jika ada yang menyatakan bahwa Nusantara atau Indonesia pernah dijajah bangsa Arab, saya salah seorang yang tidak sepaham dengan pendapat tersebut. Hal ini karena keberadaan bangsa Arab di Indonesia saat itu tidak memenuhi beberapa karakteristik penjajahan (kolonialisme / imperialisme) seperti pada uraian di atas. 

Walau saat ini mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, itu bukan bagian dari penjajahan yang dilakukan bangsa Arab. Faktanya, Islam masuk ke Indonesia tidak hanya dibawa bangsa Arab dan berkembangnya Islam di Nusantara semata - mata karena perdagangan - dikuasainya Malaka oleh Portugis - selain karena ajaran Islam yang diyakini kebenarannya oleh penduduk Nusantara. 

Silahkan bandingkan dengan penjajahan negara lain seperti Belanda, Spanyol, Portugis, Inggris, Perancis dan Jepang di Indonesia.

Jika tidak sependapat dengan tulisan ini, silahkan kemukakan argumen pada kolom komentar atau membuat tulisan baru untuk membantah opini pada tulisan ini. 

Semoga bermanfaat...


Referensi : 
Dari beberapa sumber

4 comments: