Tak pernah terbayangkan jika harus tinggal jauh dari keramaian, jauh dari fasilitas pendukung semisal listrik, terpencil, dan akses jalan yang sulit.
Tentu kita akan merasa tidak nyaman tinggal ditempat seperti itu. Apalagi mereka yang biasa memperoleh berbagai kemudahan dari banyaknya fasilitas yang ada.
Sebagai guru, saat harus memilih mengajar di daerah terpencil, terdalam dan terluar, (3T) dengan mengajar di daerah perkotaan, mana yang akan dipilih? Sepertinya pertanyaan ini tak perlu diutarakan karena jawabannya sudah pasti akan sangat banyak memilih mengajar di perkotaan.
Tapi tidak demikian dengan Khamdan Muhaimin, S.Pd, Gr. Ia memilih bekerja sebagai guru di daerah 3T dibanding diperkotaan. Menurutnya ia memiliki jiwa perantau, senang berada di daerah orang dibanding di daerah sendiri.
Saat ini ia bertugas di SMPN 5 Sambi Rampas Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT. Padahal dirinya asli Banjarnegara, Jawa Tengah. Ia bertugas didaerah 3T sejak 2015.
Berikut cerita dari Khamdan Muhaimin, S.Pd.Gr pada kelas menulis KSGN.
Tantangan Menjadi Berkah
Bertugas di daerah 3T memang butuh nyali. Ditempat ini tidak ada listrik, air susah, dan penduduk sangat bergantung pada alam. Kebanyakan penduduk berprofesi sebagai petani yang panen setahun sekali.
Tempat tinggal Khamdan |
Pemandangan lingkungan sekitar |
Dan untuk bisa sampai ke kota, butuh waktu 4 jam perjalanan. Sama seperti halnya perjalanan dari Serang ke Bandung jika lewat tol. Mau makan enak susah. Hanya untuk menikmati baso pun harus ke kota. Dan itu bukan hal yang mudah tentunya.
Yang paling susah selain tidak adanya fasilitas pendukung yang memadai, menurut Khamdan yakni saat harus jauh dari keluarga.
Semua tantangan ini ternyata jadi berkah untuk Khamdan. Ia menulis apa yang ia alami disertai solusi saat menjadi pendidik di daerah 3T.
Tulisan pertamanya ini ternyata mendapat apresiasi luar biasa. Ia menjadi finalis (10 ) besar kegiatan Simposium GTK 2016 di Jakarta yang diselenggarakan oleh Kemdikbud RI.
Tujuan awal ia menulis tentu bukan untuk sebuah prestasi. Ia hanya ingin pendidikan di daerah khusus atau daerah terpencil yang masih serba kekurangan dari berbagai akses dapat diperhatikan oleh pemerintah.
Tujuan lain yakni untuk memberi motivasi rekan - rekannya yang juga berprofesi sebagai guru di daerah 3T supaya semangat berinovasi dan menginspirasi walaupun di daerah terpencil.
Prestasi terakhir yang diperoleh Khamdan yakni dinobatkan menjadi Guru SMP Inspiratif Tingkat Nasional 2020 yang diselenggarakkan oleh Dirjen GTK Kemdikbud di Hotel Serpong, Tangsel.
Kepuasan Batin
Menurut Khamdan, hal yang paling menyenangkan bekerja sebagai guru di daerah 3T yakni kepuasaan dan perasaan lega saat bisa membantu siswa/warga yg betul-betul membutuhkan layanan pendidikan.
Banyak hal yang dilakukan Khamdan ditempatnya bekerja baik di bidang pendidikan atau sosial kemasyarakatan.
Salah satu contoh adalah membuat rumah belajar dirumah. Tujuannya untuk memfasilitasi anak-anak yang kesulitan mengatur waktu untuk belajar karena kesibukannya.
Selesai sekolah, anak-anak langsung ke kebun dan pulang saat malam. Mereka langsung tidur setelahnya sehingga tidak ada waktu untuk blajar.
Rumah belajar akan membantu anak agar bisa belajr membaca buku, les matematika, mengakses internet gratis, latihan laptop dan lain sebagainya.
Selain mendirikan rumah belajar, Khamdan juga menjadi relawan pendidikan dengan membagikan buku tulis, buku bacaan, flashdisk pembelajaran, dan seragam sekolah.
Khamdan juga terlibat dalam pembangunan bak penampungan air karena ditempat tersebut, akses air sangat sulit. Ia peroleh dana pembangunan tersebut dari para donatur di pulau Jawa.
Dan apa yang semua ia lakukan adalah bentuk kecintaannya pada Negera Republik Indonesia. Selebihnya ia mendapat kepuasan batin melakukan itu semua.
Effort Yang Kuat
Menurut Khamdan, tantangan yang harus dihadapi tidak hanya di lingkungan sekolah, dilingkungan masyarakat kita harus peka terhadap masalah yang dihadapi masyarkat.
Jika bisa membantu, maka akan sangat baik ikut membantu masalah yang dihadapi masyarakat. Guru di daerah 3T harus memiliki effort yang kuat, solutif dan tidak mudah menyerah.
Jika mudah menyerah, mungkin Khamdan akan gagal menjadi guru inspiratif karena ia menyerah sebelum membuat naskah event tersebut. Tapi itu tidak dilakukan Khamdan. Ia berhasil menjadi guru inspiratif tingkat nasional.
Khamdan bercerita bagaimana susahnya ia membuat naskah apresiasi. Dibutuhkan waktu kurang lebih 8 jam pulang pergi hanya untuk bisa menulis naskah apresiasi ini karena ia harus membuatnya di kota. Hal ini karena di kota terdapat listrik dan juga koneksi internet yang stabil. Berbeda dengan ditempat ia tinggal / mengajar.
Belum lagi saat harus memperesentasikan karya di depan dewan juri. Lagi - lagi ia harus turun gunung ke kota. Maka dibutuhkan effort yang kuat ungkapnya.
Dalam menutup pemaparannya, Khamdan berpesan untuk guru - guru yang berada di perkotaan dengan segala kemudahan yang bisa didapatkan untuk terus berinovasi dan menginpirasi orang lain. Dan yg berada di daerah 3T, tetap semangat apapun kendalanya cari jalan, jalan 1 tidak bisa masih ada 1000 jalan.
Demikian kisah dari guru inspiratif di daerah 3T. Semoga menginspirasi.
No comments:
Post a Comment