Bahaya laten gadget addict |
Jagoan Banten. Setiap guru dan orang tua pasti berharap agar siswa atau anaknya berprestasi. Salah satu bentuk prestasi yakni dengan perolehan atau pencapaian nilai tinggi untuk suatu materi ajar tertentu.
Bukan hal mudah siswa atau anak mampu menunjukan pretasi maksimal khususnya pada level kognitif karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum, faktor tersebut dibagi kedalam dua bagian besar, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berasal dari dalam diri anak semisal minat, bakat, motivasi dan sebagainya. Sedangkan faktor ekstern berasal dari luar semisal kondisi keluarga, fasilitas pendukung, situasi belajar dan sebagainya.
Salah satu faktor ekstern yang saat ini mampu merubah pola pembelajaran yang dilakukan siswa atau anak yakni teknologi informasi. Pembelajaran konvensional bergeser menjadi pembelajaran digital yang terhubung dalam sebuah jaringan maya.
Terlebih dengan adanya pandemi covid, pergeseran tersebut berlangsung cepat dan berdampak besar. Pembelajaran daring (dalam jaringan) lebih mendominasi atau bahkan mutlak dilakukan dibanding sebelum adanya pandemi covid 19.
Banyak pihak melihat ini sebagai sebuah terobosan baik dalam bidang pendidikan. Guru dipaksa melek teknologi, begitu juga siswa dan para orang tuanya. Mereka melihat ini sebagai hikmah dari pandemi.
Walau demikian, ternyata ada bahaya laten yang mengiringi pergeseran ini. Teknologi informasi yang mulai dekat dengan guru, orang tua, dan siswa dalam bentuk telepon seluler (ponsel) yang terintegrasi internet membawa efek negatif bawaan.
Yang paling umum yakni pornografi, pergeseran nilai budaya, terganggunya penglihatan, dan kecanduan gagdet (gadget addict). Sementara yang bersifat laten dan baru populer belakangan ini yakni digital amnesia dan phubbing.
Tulisan Jagoan Banten kali akan membahas lebih lanjut tentang apakah digital amnesia dan phubbing itu, dan bagaimana efeknya pada siswa atau anak? Atau bisakah berdampak pula pada guru dan orang tua.
Digital Amnesia
Pernah mendapat pertanyaan sederhana namun lupa jawabannya? Semisal dimanakah ibukota Australia? Sebelumnya padahal tahu dimana ibukota Australia. Namun saat mendapat pertanyaan ini, otak seolah tidak sanggup berpikir dan tidak bisa menyebutkan nama kota Canberra.
Atau saat mengingat-ingat nomor telepon orang terdekat. Sepertinya sulit sekali untuk menghapal apalagi mengingatnya dalam jangka waktu panjang. Atau saat mengingat hari ulang tahun orang tua, hari pernikahan, tanggal jadian dan sebagainya.
Jika mengalami kesulitan mengingat banyak hal sederhana, bisa jadi anda mengalami gangguan baru yang disebut digital amnesia.
Digital amnesia terjadi karena jarangnya otak di ajak berpikir sehingga melemahnya koneksi antar neurons. Hal ini berakibat pada terhambatnya perkembangan otak.
Digital amnesia bermula dari ketergantungan pada ponsel dalam menyimpan berbagai informasi penting sampai hal paling sederhana semisal pasword, email, tanggal ulang tahun, catatan utang dan sebagainya. Jika dibutuhkan, informasi tersebut dengan mudah dicari pada ponsel.
Kebiasaan lain yakni sangat bergantung pada ponsel saat mencari informasi akan suatu hal. Informasi apapun dengan mudah diperoleh melalui search engine seperti Google.
Menyimpan informasi penting diponsel atau melakukan penelusuran informasi lewat Google jelas sangat membantu. Tapi dalam jangka panjang ternyata kebiasaan ini akan berdampak buruk menjadi gangguan digital amnesia.
Seperti yang ditulis dalam situs halodoc.com, sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard dan University of Columbia menunjukkan bahwa kemudahan mengakses informasi melalui internet kapan pun dan di mana pun, telah mengubah kemampuan mengingat anak-anak muda di Amerika Serikat.
Sebagai contoh, saat kita meyanyikam sebuah lagu, kita hapal betul lirik lagu tersebut dan dapat menyanyikannya. Tapi saat teman bertanya judul lagu yang kita nyanyikan, kita lupa. Dan kemudian mencarinya di Google hingga menemukan judul yang dimaksud. Oleh karenanya, digital amnesia disebut juga oleh peneliti sebagai "Google Effect".
Pada intinya, digital amnesia membuat kita bergantung pada ponsel atau internet sebagai tempat pertama untuk mencari jawaban atas apa pun yang ingin diketahui. Kita tak lagi berusaha mengingat-ingat suatu kejadian atau informasi dari memori otak.
Phubbing
Ilustrasi Phubbing |
Phubbing merupakan kependekan dari phone snubbing. Snubbing dalam bahasa Inggris berarti menghina. Phubbing merupakan tindakan acuh seseorang dalam lingkungan karena lebih fokus pada ponsel dibanding berinteraksi atau melakukan percakapan.
Saat dua orang duduk bersama, satu diantaranya fokus bermain sosial media di ponsel milikinya. Sementara teman sebelahnya mencoba mengajak berbincang namun diacuhkan karena sibuk dengan ponsel. Ini adalah contoh tindakan phubbing.
Kata phubbing pertama kali muncul dari sebuah diskusi sekelompok orang pada Universitas Sydney, Australia yang membahas fenomena mengacuhkan orang lain karena asyik bermain ponsel. Akhirnya disepakati kata "phubbing" untuk menyebut fenomena tersebut.
Kata ini kemudian menyebar ke Inggris, Brazil, Amerika Selatan dan Tengah, Eropa, Asia Tenggara dan sekitarnya. Sekarang kata phubbing sudah dikenal seluruh dunia sejak dikenalkan agensi periklanan McCann. Kata ini sekarang sudah masuk dalam kamus Macquarie.
Seperti halnya digital amnesia, phubbing terjadi akibat gadget addict atau kecanduan gadget dalam hal ini ponsel. Banyak yang mulai menyadari bahaya phubbing sehingga memunculkan kata baru "stop phubbing".
Jika teman Jagoan Banten pernah jadi korban phubbing atau diacuhkan / dicuekin, kira-kira bagaimana rasanya? Mungkin hal itu akan membuat teman Jagoan Banten merasa jengkel dan akan segera meninggalkan pelaku phubbing tersebut karena merasa dihina.
Phubbing memang akan merusak sebuah hubungan sosial yang terjadi. Pelaku phubbing dianggap menyebalkan. Bahkan dalam hubungan asmara, phubbing bisa menimbulkan keretakan hubungan.
Berikut beberapa dampak lain dari phubbing :
- Menjauhkan yang dekat. Keberadaan orang disamping seolah jauh, dan menganggap yang jauh menjadi dekat karena mereka berkomunikasi dengan pelaku phubbing lewat ponsel.
- Hidup realita jadi kalah penting dengan hidup didunia maya.
- Menghilangkan rasa empati dan simpati. Pelaku phubbing seolah tidak peduli lagi apa yang terjadi disekitar dirinya.
- Merusak hubungan pertemanan atau hubungan sosial lain karena merasa dianggap tidak penting dan menimbulkan kecurigaan
- Pelaku phubbing tidak disukai sehingga banyak yang malas berinteraksi dengannya. Hasilnya ia sibuk dengan dunia mayanya tanpa teman didunia nyata. Jika berlangsung lama pelaku akan merasa kesepian dan berujung depresi.
Dan masih banyak lagi dampak negatif phubbing. Silahkan identifikasi sendiri yah.
Yang pasti, semoga teman Jagoan Banten tidak pernah menjadi pelaku phubbing. Jika pernah semoga kedepan bisa dihindari karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan.
Apa implikasi digital amnesia dan phubbing untuk pembelajaran siswa atau anak?
Keterampilan memanfaatkan teknologi informasi dalam genggaman berupa ponsel terintegrasi internet berkembang drastis pada masa pandemi covid. Terlebih dengan adanya pembelajaran daring.
Guru berupaya agar siswanya memiliki keterampilan literasi teknologi dalam pengumpulan informasi atau pengetahuan yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Siswa diajak melakukan penelusuran berbagai fakta, fenomena, konsep, teori dan banyak hal dari seluruh dunia melalui search engine.
Berlangsung cepat dan pasti, siswa mulai terampil memanfaatkan search engine. Terutama dalam mencari berbagai informasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Dampaknya mereka terbiasa dan mulai bergantung pada ponsel. Setiap tugas yang diberikan guru, tanpa perintah sekali pun, Google menjadi solusi paling jitu.
Fenomena ini bagai dua sisi mata uang. Disatu sisi sangat baik jika siswa memiliki keterampilan literasi teknologi. Namun disisi lain gadget addict yang membawa bahaya laten digital amnesia dan juga phubbing yang menjadi masalah serius dan harus diwaspadai.
Ketergantungan pada ponsel akan merusak daya ingat anak. Bahkan untuk mengingat informasi sederhana sekalipun.
Begitu juga saat terlalu asik pada dunia maya yang diciptakan ponsel. Siswa atau anak tumbuh menjadi mahluk anti sosial. Dunia nyata tidak lebih penting dibanding dunia maya. Berbagai tindakan dilakukan hanya untuk mencari populeritas didunia maya.
Phubbing mengganggu terjadinya komunikasi dua arah. Minimnya interaksi dan komunikasi bisa berakibat menurunnya kemampuan komunikasi. Terlebih jika dilakukan dalam jangka waktu lama.
Akibatnya saat dewasa, siswa atau anak akan kesulitan jika harus berinteraksi dengan banyak orang. Syukur-syukur tidak berdampak menjadi gangguan lebih parah semisal agoraphobia (takut keramaian).
Phubbing membuat pelakunya tidak disenangi. Ia dianggap menjengkelkan. Saat teman-temannya menjauh, ia merasa kesepian dan berujung pada depresi karena merasa hidup seorang diri.
Jika siswa atau anak melakukan phubbing karena fokus mengerjakan tugas sekolah melalui daring, itu mungkin masih baik. Tapi jika fokus siswa atau anak justru pada sosmed atau game online, ini akan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa.
BACA TULISAN TERKAIT :
Apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak ponsel menjadi sebuah digital amnesia atau phubbing?
Digital amnesia tidak hanya menyerang anak. Faktanya orang dewasa juga sangat mudah terserang gejala ini. Bahkan gejala ini lebih banyak ditemukan pada orang dewasa.
Tapi menjadi lebih serius jika digital amnesia menyerang anak. Otak anak masih dalam tahap perkembangan. Jika pada usia anak sudah mengidap gadget addict, atau bahkan sampai pada gangguan digital amnesia, ini akan berpengaruh pada kehidupan mereka di masa dewasa.
Begitu juga dengan phubbing, dengan melihat berbagai dampak negatifnya, tentu aktivitas ini harus menjadi perhatian serius guru dan para orang tua. Terlebih, pelaku phubbing saat ini tidak lagi memandang usia.
Phubbing akan sangat merusak dalam proses hubungan sosial. Tidak hanya dengan sesama teman siswa atau anak, bahkan phubbing bisa merusak hubungan keluarga. Jika anak dan orang tua sibuk dengan ponselnya masing-masing, akan terbentuk jarak di antara mereka. Dekat namun terasa jauh. Dan ini bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak yang mungkin bisa berujung depresi.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, baik digital amnesia maupun phubbing, ini adalah bahaya laten dari gadget addict atau kecanduan dawai/ponsel. Maka untuk bisa meminimalisir dampak dari dua hal ini dengan mengurangi kecanduan tersebut.
Alternatif lain yang bisa dilakukan guru atau orang tua agar siswa atau anak terhindar dari gangguan digital amnesia antara lain :
- Beri pengetahuan atau pemahaman pada siswa atau anak tentang sindrome baru digital amnesia serta bahaya yang menyertainya.
- Ketergantungan mencari informasi pada internet bisa dialihkan dengan membaca buku atau sumber lainnya. Jadikan internet pilihan terakhir dalam melakukan penelusuran informasi saat pembelajaran atau mengerjakan tugas.
- Budaya hapalan yang saat ini mulai ditinggalkan karena dianggap tidak efektif, sekali waktu dapat digunakan kembali untuk melatih kemampuan mengingat anak semisal dengan menghapal perkalian atau hapalan lain.
- Jauhkan ponsel dari jangkauan anak pada saat belajar, jika pun sekali-kali diperlukan, dampingi oleh orang tua atau guru.
Sedangkan untuk mengatasi phubbing pada siswa atau anak antara lain :
- Buat jadwal penggunaan ponsel pada anak mulai dari jadwal harian semisal penggunaan ponsel hanya dibolehkan pada jam-jam tertentu atau jadwal mingguan semisal seluruh anggota keluarga menyimpan ponsel mereka sehari penuh pada hari libur.
- Berikan contoh pada siswa atau anak dengan tidak selalu menggunakan ponsel pada saat berinteraksi sosial atau berkomunikasi.
- Menjelaskan bahaya phubbing agar siswa atau anak bisa memahaminya dan kemudian meminimalisir aktivitas phubbing yang ia lakukan.
- Orang tua bisa mengajak anak melakukan aktivitas luar ruangan bersama seperti liburan ke pantai atau tempat wisata lain dengan meninggalkan ponsel di rumah.
- Beritahu siswa atau anak untuk menegur para pelaku phubbing (temannya) agar itu tidak menjadi kebiasaan buruk yang berujung pada ketersinggungan.
- Biarkan anak bermain bersama teman - temannya diluar ruangan tanpa membawa ponsel.
- Orang tua harus memberikan kasih sayang tulus pada anak-anaknya dan ajak mereka menceritakan apa yang mereka rasa atau alami pada kehidupan sosialnya.
Demikian tulisan sederhana tentang digital amnesia dan phubbing. Walau tulisan ini fokus pada siswa atau anak, jangan sampai guru maupun orang tua justru sudah terkena dua syndrome ini.
Jika benar terkena syndorme digital amnesia dan sering melakukan phubing, segera minimalisir dengan melakukan beberapa tindakan yang dianggap perlu.
Semoga bermanfaat ...
Kata kunci :
#Guru;
#Siswa;
#Anak
#Digital Amnesia
#Google effect
#Phubbing
#Sekolah
BACA TULISAN TERKAIT :
Postingan yg keren Pak Dedi...
ReplyDeleteAmbu terima kasih tidak bosan2 berkunjung ke blog saya yang amburadul ini hehe
DeleteEh maaf, Pak Didi...
ReplyDeleteSalam kenal dari fb Mas... Sekalian Nitip kalo boleh
ReplyDeleteINET INFORMASI. Terima kasih
Salam kenal juga mas, terima kasih sudaj berkunjung
Delete