Berdasarkan hasil obrolan sederhana dengan sesama rekan guru pegawai negeri sipil (PNS) di sekitar lingkungan kerja saya, tidak dapat dipungkiri lebih dari 80 % (perlu penelitian lebih lanjut) PNS pernah atau sedang memiliki utang di Bank Pembangunan Daerah (Bank Jabar Banten). Mungkin juga termasuk anda yang membaca tulisan ini. Pun demikian dengan saya sendiri. Saat ini SK PNS saya sekarang masih "dipesantrenkan" di bank hahaha...
Lalu mengapa begitu banyak PNS yang terlilit utang? Dalam kasus ini, banyak alasan yang mendasarinya. Sederhananya, seseorang ber-utang karena merasa pendapatannya tidak mencukupi untuk menutup kebutuhan hidupnya. Tapi apakah benar kebanyakan PNS itu berutang karena kebutuhan hidup, atau jangan - jangan untuk gaya hidup? Lalu bagaimana agar seorang PNS bisa terbebas dari jerat utang dengan gaji yang minim? Melalui tulisan ini saya akan coba jawab, sekalipun saya sendiri masih dalam proses untuk membebaskan diri dari utang.
Beban utang terasa berat |
Saya pertama kali memberanikan diri berutang pada saat saya masih berstatus CPNS. Dengan modal SK CPNS, hanya butuh satu hari saya diberi pinjaman dari bank. Waktu pemrosesan kredit yang singkat karena resiko gagal bayar seorang PNS lebih sedikit dibanding pekerjaan lain. Selanjutnya saya gunakan uang tersebut untuk membangun rumah. Alhamdulillah selama empat tahun membayar angsuran utang, saya harus memaksakan diri beserta keluarga saya untuk hidup sangat sederhana. Namun akhirnya saya berhasil melewati empat tahun yang terasa pahit tersebut. Dan saya berniat untuk tidak sekali - kali lagi berutang.
Namun fakta berkata lain, saya kembali berutang! Apakah ini berarti saya jatuh pada lubang yang sama? Bagi saya, ini adalah hal yang berbeda. Mengapa? Karena kali ini saya tidak merasa terbebani dengan utang yang saya miliki. Saat ini, saya berutang karena suatu pilihan, bukan karena suatu keharusan. Saya memilih berutang, bukan karena kebutuhan hidup saya, tapi untuk kehidupan saya yang lebih baik.
Secara sederhana, utang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif adalah utang yang memberikan nilai tambah pada kehidupan anda, dan barang yang dibeli nilainya juga terus bertambah. Sebagai contoh misal membeli sawah produktif untuk daerah pedesaan. Atau berutang untuk membuka usaha.
Sebaliknya, utang konsumtif adalah utang yang digunakan untuk hal - hal yang tidak memberikan nilai tambah selain kepuasan hawa nafsu untuk memenuhi gaya hidup. Kalau pun digunakan untuk membeli barang, biasanya nilai barang akan terus turun. Misalnya membeli mobil pribadi, bukan untuk mendukung kegiatan usaha.
Maka, agar anda terbebas dari jeratan utang yang menyengsarakan, sebisa mungkin hindarkan utang yang bersifat konsumtif, tapi pilihlah utang produktif. Dalam hal ini, saya juga memilih berutang secara produktif. Saya gunakan uang kredit tersebut untuk membuat toko. Hasilnya, dengan sisa gaji yang ada, saya tidak merasa terbebani karena saya terbantu dengan toko yang saya miliki. Inilah langkah pertama agar anda dapat mengurangi beban utang atau bahkan terbebas dari utang. Pilihlah utang produktif.
Langkah berikutnya adalah dengan mengetahui resiko kredit yang anda ambil. Kita lihat besaran bunga yang ditawarkan, jangan hanya melihat mudahnya mendapatkan utang. Jangan mudah tergoda dengan tawaran utang dalam waktu singkat dan tanpa jaminan. Biasanya fasilitas seperti ini beresiko memiliki nilai bunga yang lebih tinggi. Tentu ini akan membebani keuangan anda.
Selanjutnya, pertimbangkan kemampuan anda membayar utang. Biasanya, para perencana keuangan akan menyarankan batas cicilan maksimum adalah 30 % dari penghasilan bulanan. pastikan pula bahwa aset anda bisa menutup utang yang diambil pada saat gagal bayar walaupun sangat jarang PNS gagal bayar.
Lalu mengapa 30 % tidak 50 % saja besaran utang dari penghasilan? Sebetulnya persentase ini tergantung terhadap penghasilan yang kita peroleh. Bisa saja 90 % gaji dihabiskan untuk angsuran utang. Akan tetapi, hitung kembali besaran pengeluaran setiap bulannya seperti biaya makan, transportasi dan biaya lainnya untuk kebutuhan primer.
Dapat disimpulkan bahwa seorang PNS mungkin saja terhindar dari utang atau bahkan tdak berutang sama sekali jika mampu mengelola keuangan dengan baik. Kalau pun harus berutang, pilihlah utang produktif. Utang produktif bisa dilakukan diawal karier karena pada saat itu, beban hidup tidak lebih berat dibanding pada saat anak - anak anda menjadi lebih dewasa. Biaya sekolah, biaya kesehatan, serta biaya tidak terduga lainnya akan lebih banyak saat anak tumbuh menjadi dewasa. Dan inilah yang biasanya menjerat para PNS dalam lilitan utang yang tidak berkesudahan.
Kalau boleh saya sarankan, berutanglah di awal karier kemudian investasikan kepada bidang produktif. Sisa gaji tidak boleh kurang dari 50 %. Dari sisa gaji yang ada, usahakan menyisihkan untuk investasi pendidikan anak. Tahun - tahun awal mungkin akan terasa berat, tapi pada saat mencapai break event point, angsuran utang selesai, penghasilan sampingan bertambah dari bidang produktif yang sudah kita pilih. Selanjutnya, kita bisa kembali berutang untuk investasi pada bidang lain atau mengembangkan yang sudah ada. Maka, dengan berutang, taraf hidup meningkat dan bukan menambah beban hidup.
Bagi yang sudah terlanjur dalam jeratan utang, segera perbaiki pengelolaan keuangan anda. Usahakan menghindari pembelian barang yang dianggap tidak terlalu dibutuhkan. Bedakan antara kebutuhan hidup dengan gaya hidup. Hindarkan gaya hidup berlebihan jika hanya bersumber dari utang. Hidup lebih hemat bisa menjadi alternatif. Jika utang terbayarkan, pikir secara matang jika akan kembali berutang.
Kemapanan, kekayaan, gaya hidup mewah memang menjadi dambaan setiap orang, pun demikian dengan PNS. Dengan gaji pas-pasan, tampaknya utang menjadi solusi untuk mencapai itu. Tapi tidak jarang PNS yang justru terjebak dalam pusaran utang. Jadi pertimbangkan dengan bijak utang yang akan kita ambil agar tidak menyesal kemudian.
Tulisan ini terinspirasi dari tulisan pada detik.com yang berjudul Ngutang Bikin Miskin, Siapa Bilang?. Tulisan ini bukan bermaksud menggurui, hanya bersifat curahan hati dengan pemikiran yang masih dangkal. Namun demikian, semoga tulisan ini bisa sedikit memberikan gambaran bagi rekan - rekan PNS yang akan atau sedang berutang agar tidak terbebani utang lebih dalam. Allahu'alam.
No comments:
Post a Comment