Penduduk Indonesia mayoritas muslim. Dalam Islam, sangat jelas di atur tentang bagaimana hubungan antara lawan jenis atau hubungan suami istri. Tanpa pernikahan yang sah, tentu menjadi perbuatan yang di larang melakukan hubungan sex. Tapi faktanya, gaya hidup di Indonesia sudah mulai ke barat - baratan. Sex bebas menjadi tren saat ini.
Berdasarkan situs DW.com yang di kutip kompas.com, lebih mencengangkan lagi, Indonesia menempati urutan ke 12 belanja sex terbanyak di dunia dengan menghabiskan dana mencapai 2.2 milyar dollar pertahun atau setara hampir 30 triliun rupiah pertahun. Wow, angka yang sangat fantastis untuk sebuah kegiatan belanja prostitusi di negeri mayoritas muslim.
Belanja terbesar untuk bisnis prostitusi di tempati oleh China, disusul Spanyol ditempat kedua, dan diposisi ketiga adalah Jepang. Berikut daftar negara dengan belanja prostitusi terbesar di dunia :
1. China
2. Spanyol
3. Jepang
4. Jerman
5. Amerika Serikat
6. Korea Selatan
7. India
8. Thailand
9. Filipina
10. Turki
11. Swiss
12. Indonesia
Berdasarkan situs DW.com yang di kutip kompas.com, lebih mencengangkan lagi, Indonesia menempati urutan ke 12 belanja sex terbanyak di dunia dengan menghabiskan dana mencapai 2.2 milyar dollar pertahun atau setara hampir 30 triliun rupiah pertahun. Wow, angka yang sangat fantastis untuk sebuah kegiatan belanja prostitusi di negeri mayoritas muslim.
Belanja terbesar untuk bisnis prostitusi di tempati oleh China, disusul Spanyol ditempat kedua, dan diposisi ketiga adalah Jepang. Berikut daftar negara dengan belanja prostitusi terbesar di dunia :
1. China
2. Spanyol
3. Jepang
4. Jerman
5. Amerika Serikat
6. Korea Selatan
7. India
8. Thailand
9. Filipina
10. Turki
11. Swiss
12. Indonesia
Praktek pelacuran di Indonesia dilakukan secara terselubung dan ada juga yang disediakan tempat khusus (lokalisasi). Berdasarkan data dari Unicef, 30% pelaku prostitusi di Indonesia masih dibawah 18 tahun atau termasuk kategori pelajar. Bahkan termasuk para mucikarinya. Dan saat ini lagi tren juga artis sebagai pelaku prostitusi.
Lalu mengapa kondisi ironis ini bisa terjadi?? Menjawab pertanyaan ini secara benar tentu membutuhkan penelitian lebih lanjut. Tapi tidak salah juga jika kita melakukan analisis terhadap masalah ini. Pertama, kemajuan teknologi informasi menjadikan batas antar negara seolah kabur. Kita dengan mudah dapat mengakses berbagai informasi dari penjuru dunia mana pun. Demikian pula dengan informasi yang bersifat destruktif. Video porno misalnya. Sekuat apa pun pemerintah memblokir berbagai situs porno, sampai detik ini, masih banyak jutaan situs porno dapat dengan mudah diakses, termasuk oleh mereka yang berstatus pelajar. Efeknya, pelajar yang nota bene remaja memiliki kecenderungan untuk mencoba sesuatu yang baru, termasuk apa yang baru mereka lihat.
Kedua, pola pendidikan yang diterapkan orang tua masih menggunakan pola-pola lama tanpa menyadari begitu besarnya perubahan sosial budaya saat ini, sehingga kontrol terhadap anak sangat kurang.
Ketiga, pemahaman terhadap ajaran agama semakin menipis. Masyarakat kita cenderung permisif bahkan dengan mengabaikan norma - norma agama.
Keempat, bisnis yang mudah dan sangat menyenangkan (mungkin) bagi pelakunya adalah prostitusi. Kenikmatan ia peroleh, demikian juga dengan pundi uang. Maka tidak heran banyak yang tertarik menekuni bisnis ini.
Kelima, pola - pola pacaran saat ini cenderung mengarah pada kegiatan - kegiatan negatif. Dan biasanya, para pelaku prostitusi sebagai akibat pacaran "negatif" tersebut.
Keenam, tayangan televisi yang kebanyakan tidak mendidik. Apalagi sinetron remaja yang ada di televisi - televisi swasta. Lihat lah ketika dipertontinkan bagaimana siswa nakal, pembalap liar, berpacaran bebas, dan itu semua menginspirasi remaja kita. Bukan yang positifnya. Tetapi kebanyakan yang negatif yang mereka tiru. Melihat fenomena ini, mungkin anda pernah melihat meme bertuliskan "artis dibayar mahal untuk merusak moral siswa, tapi guru dibayar murah untuk mencerdaskan siswa", kocak bukan?? Haha..
Kedua, pola pendidikan yang diterapkan orang tua masih menggunakan pola-pola lama tanpa menyadari begitu besarnya perubahan sosial budaya saat ini, sehingga kontrol terhadap anak sangat kurang.
Ketiga, pemahaman terhadap ajaran agama semakin menipis. Masyarakat kita cenderung permisif bahkan dengan mengabaikan norma - norma agama.
Keempat, bisnis yang mudah dan sangat menyenangkan (mungkin) bagi pelakunya adalah prostitusi. Kenikmatan ia peroleh, demikian juga dengan pundi uang. Maka tidak heran banyak yang tertarik menekuni bisnis ini.
Kelima, pola - pola pacaran saat ini cenderung mengarah pada kegiatan - kegiatan negatif. Dan biasanya, para pelaku prostitusi sebagai akibat pacaran "negatif" tersebut.
Keenam, tayangan televisi yang kebanyakan tidak mendidik. Apalagi sinetron remaja yang ada di televisi - televisi swasta. Lihat lah ketika dipertontinkan bagaimana siswa nakal, pembalap liar, berpacaran bebas, dan itu semua menginspirasi remaja kita. Bukan yang positifnya. Tetapi kebanyakan yang negatif yang mereka tiru. Melihat fenomena ini, mungkin anda pernah melihat meme bertuliskan "artis dibayar mahal untuk merusak moral siswa, tapi guru dibayar murah untuk mencerdaskan siswa", kocak bukan?? Haha..
Jadi apa yang harus kita lakukan?? Mari kita renungkan bersama, apa yang seharusnya terjadi. Langkah kecil yang bisa dilakukan adalah, mulailah jaga keluarga kita untuk tidak terbawa hal - hal negatif. Dan sebagai remaja, ayolah, jangan mudah terpengaruh oleh pergaulan - pergaulan yang justru akan menjerumuskan kepada kehidupan negatif. Allahualam.