Jagoan Banten. Seberapa ribet sih menerbitkan sebuah buku pada penerbit mayor? Itu pertanyaan yang sederhana namun jawabannya akan cukup panjang agar bisa memahami lebih dalam.
Ini adalah resume saya yang ke tujuh di kelas menulis Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN), dan materi kali ini pasti akan sangat bermanfaat untuk pembaca karena akan menjelaskan bagaimana perjalanan sebuah naskah hingga diterbitkan menjadi buku pada penerbit mayor.
Oia, pemateri atau narasumber kali ini bukan orang sembarangan, ia merupakan Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi, yaitu Bapak Joko Irawan Mumpuni.
Penerbit Andi merupakan salah satu penerbit mayor atau besar di Indonesia. Untuk melihat reputasi dari penerbit ini, silahkan lakukan pencarian di google.
Berikut ringkasan atau resume materi yang disampaikan Pak Joko Irawan Mumpuni kepada peserta pelatihan.
Pengelompokan Jenis Buku |
Sebagai pengantar, Pak Joko Irawan menjelaskan jenis-jenis produk buku di pasaran. Menurutnya, secara garis besar buku dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu buku teks dan buku non teks.
Buku teks merupakan buku-buku yang digunakan pada lembaga formal maupun non formal semisal sekolah atau perguruan tinggi. Buku teks ini biasanya dijadikan sebagai sumber belajar atau bahan rujukan di instansi - instansi tersebut.
Buku teks bisa berbentuk buku pelajaran atau buku teks perguruan tinggi. Buku teks pelajaran merupakan buku - buku yang digunakan sekolah-sekolah termasuk juga berbagai buku latihan.
Sedangkan buku teks perguruan tinggi terdiri dari buku eksak dan non eksak. Yang termasuk buku teks eksak misalnya buku kedokteran, teknik, perikanan, peternakan dan lain sebagainya. Dan yang termasuk non eksak misalnya filsafat, ekonomi, hukum, pendidikan dan sebagainya. Silahkan amati bagan di bawah ini.
Selanjutnya buku non teks merupakan jenis buku lain diluar buku-buku yang dijadikan sumber belajar di sekolah atau perguruan tinggi. Termasuk dalam buku non teks adalah buku fiksi dan non fiksi.
Buku fiksi merupakan buku-buku yang imajinatif atau bersifat khayalan dan kadang diluar nalar dan logika umum. Termasuk jenis buku ini misalnya buku novel, antologi, komik dan sebagainya. Sedangkan buku non fiksi merupakan buku populer yang ditulis berdasarkan fakta semisal buku pengetahuan umum, buku anak, buku agama, buku tentang komputer dan sebagainya.
Antara buku teks dan non teks, penerbit akan lebih menyukai buku teks dengan alasan pasarnya jelas dan akan selalu dibutuhkan setiap tahunnya dibanding buku non teks.
Berdasarkan pengarangnya, buku dibagi menjadi beberapa jenis antara lain :
1. Satu judul buku yang dikarang oleh satu penulis; buku ditulis berdasarkan gagasan hanya dari satu orang penulis tanpa campur tangan yang lain.
2. Satu judul buku ditulis oleh dua orang penulis atau lebih; buku ini merupakan gabungan ide antara beberapa orang penulis, bisa dua bisa tiga atau lebih banyak dari itu.
3. Buku yang diterbitkan hasil kerjasama dengan banyak lembaga; penerbitan buku didukung beberapa lembaga karena buku-buku tersebut akan digunakan pada lembaga-lembaga yang terlibat.
4. Buku yang diterbitkan hasil kerjasama dengan kampus; merupakan buku yang diedarkan di seluruh Indonesia dan juga menjadi buku wajib di kampus yang menjalin kerjasama dengan penerbit.
5. Satu judul buku diterbitkan oleh konsorsium penulis; merupakan buku hasil rembukan para pakar dibidangnya dengan kewajiban setiap penulis untuk menyelesaikan satu bab dari buku tersebut. Sebagai contoh buku dibawah ini adalah hasil kerjasama Penerbit Andi dengan UGM dimana buku ditulis oleh 20 guru besar dengan masing-masing penulis menyelesaikan satu bab di dalamnya.
Dari kelima jenis buku di atas, penerbit akan lebih menyukai buku-buku hasil kerjasama dengan lembaga, kampus dan juga buku konsorsium sekali lagi dengan alasan pangsa pasar yang jelas dan dapat diterbitkan setiap tahun.
BACA TULISAN TERKAIT :
Gambaran Tentang Industri Buku |
Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa industri buku melibatkan banyak lembaga dengan intinya ada di penerbit. Setiap lembaga memiliki peran masing-masing dengan beragam pekerjaan didalamnya sebagai dampak dari industri tersebut. Ini berarti bahwa buku akan memberikan manfaat secara finansial bagi banyak orang.
Terkait hal ini, Pak Joko mengatakan bahwa penulis buku lah yang paling berjasa sehingga banyak orang bisa menikmati keuntungan finansial dari industri buku. Dengan demikian para penulis buku mendapatkan amalan yang besar yang mungkin mendapat balasan setimpal di akhirat nanti. Maka segeralah menulis buku untuk diterbitkan di penerbit mayor.
Hambatan Industri Buku |
Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi industri buku di Indonesia di banding negara lain sebagai berikut.
Pertama, terkait dengan minat baca. Tingkat literasi Indonesia kalah jauh dengan beberapa negara lain seperti Jepang, Singapura bahkan Vietnam.
Tingkat literasi yang rendah terkait erat dengan budaya yang ada di kita. Sebagai contoh budaya baca kita sangat rendah. Diwaktu senggang orang Indonesia akan lebih senang menonton tv atau tayangan video di handphone dibanding baca buku. Malasnya membaca ini mungkin juga disebabkan karena kurangnya bahan bacaan atau rendahnya kualitas bacaan sehingga tidak menarik untuk dibaca.
Kedua, terkait dengan minat tulis. Sebagai orang timur, kita lebih suka berbicara daripada menulis. Kita bisa melihat fenomena ini semisal jika sudah mengobrol apalagi dengan teman lama yang baru jumpa kembali, bisa berjam - jam. Tetapi saat diminta menulis, baru sepatah dua patah kata saja sudah kerepotan.
Rendahnya minat tulis ini selain faktor budaya juga karena tidak terbiasa menulis dan tidak paham prosedur menulis yang baik termasuk anggapan yang salah tentang dunia penulisan semisal menganggap bahwa menulis adalah pekerjaan yang sulit.
Ketiga, terkait apresiasi hak cipta. Banyaknya pembajakan serta plagiatisasi atau duplikasi non legal membuat penulis malas untuk terus berkarya. Selain itu perangkat hukum yang ada juga belum begitu berpihak pada industri perbukuan.
Proses Naskah Menjadi Buku |
Untuk memahami bagaimana naskah dari penulis bisa menjadi buku di toko buku bisa dilihat pada skema di bawah ini :
Berdasarkan skema atau alur di atas, jika naskah sudah selesai dibuat, maka naskah dikirimkan ke penerbit dalam bentuk fisik. Penerbit akan mempelajari naskah untuk menentukan kemungkinan penerbitannya tanpa menghakimi baik atau tidak baik, salah atau benar dari isi naskah tersebut.
Terdapat dua kemungkinan dalam hal ini, naskah diterima atau ditolak. Jika di tolak, maka naskah akan dikembalikan ke penulis. Sedangkan jika diterima maka akan diterbitkan atas biaya penerbit termasuk dalam hal pemberian royalti pada penulis.
Setelah dinyatakan diterima, penerbit akan memberitahukan melalui surat resmi atau email atau via whatsapp bahwa naskah akan diterbitkan dan diminta mengirim naskah lengkap termasuk softcopy ke penerbit. Selanjutnya menandatangani surat perjanjian penerbitan yang dilampirkan dalam surat tersebut.
Setelah softcopy diterima, naskah akan di edit oleh penerbit terkait redaksional semisal tulisan typo dan berbagai kalimat yang mungkin harus disesuaikan.
Kemudian di buat desain cover dan setting isinya. Sehingga sampai menjadi "dami" atau buku jadi namun belum dicetak secara masif. Semua dilakukan penerbit.
Dami akan dikembalikan kepada penulis untuk dikoreksi. Hasil koreksi harus segera dikembalikan ke penerbit untuk segera dikoreksi ulang dan dicetak secara masif. Barulah nanti akan diedarkan ke seluruh Indonesia oleh penerbit.
Kriteria Penerbit Yang Baik |
Bagi para penulis yang ingin segera menerbitkan buku, ada beberapa kriteria dalam memilih penerbit. Kriteria itu antara lain :
1. Memiliki visi misi yang jelas |
2. Memiliki bussines core lini yang kuat |
3. Pengalaman penerbit |
4. Jaringan yang kuat |
5. Memiliki percetakan sendiri |
6. Keberanian mencetak jumlah eksemplar |
7. Kejujuran dalam membayar royalti |
Secara umum, kriteria di atas akan di miliki oleh para penerbit mayor atau besar seperti halnya Penerbit Andi di Yogyakarta.
Bagaimana Penerbit Memutuskan Naskah Diterima Atau Tidak? |
Dalam memutuskan apakah sebuah naskah diterima atau tidak, penerbit akan berdasar pada hal-hal berikut.
Pertama, editorial atau cara penulisan dengan pengaruh atau bobot sebesar 10% |
Kedua, peluang potensi pasar dengan bobot 50% s.d 100%. Jika menemukan naskah yang potensi pasar sampai 100%, maka kriteria lain kadang diabaikan. |
Ketiga, keilmuan dengan bobot maksimal 30%. |
Keempat, reputasi penulis dengan bobot 10 s.d 100%. Jika ada yang tidak bisa menulis namun reputasi bagus atau dikenal luas masyarakat, maka buku tetap akan diterbitkan. |
Keuntungan Menjadi Penulis Buku |
Mengapa kita harus menulis buku? Selain sebagai cara untuk terus mengupgrade diri, menulis buku akan memberi keuntungan bagi penulis antara lain :
1. Kepuasan. Penulis akan merasa puas atau bahagia saat melihat karyanya dipajang di toko buku. Atau saat ia mengetikan namanya di google, muncul hasil karya dari tulisan yang ia buat. Atau secara tidak sengaja melihat buku karangannya dibaca orang saat di terminal, di bis, di pesawat dan lain sebagainya, akan muncul rasa kepuasan tersendiri.
2. Reputasi. Semakin banyak karya yang diterbitkan, maka semakin tinggi reputasinya sebagai penulis. Populeritasnya akan semakin tinggi dan tentu berbanding lurus dengan pendapatan yang nanti akan diterima.
3. Karir. Buku yang dihasilkan akan mendukung karir yang dijalani semisal sebagai syarat kenaikan pangkat pada jabatan guru PNS.
4. Uang. Setiap buku yang berhasil dijual oleh penerbit, maka penulis akan mendapatkan sejumlah royalti dari penerbit.
Naskah Yang Diterbitkan Oleh Penerbit |
Selain pertimbangan bobot dalam penilaian suatu naskah, penerbit akan mengelompokan naskah ke dalam empat kuadran sebagai berikut :
♡ Kuadran I : Tema tidak populer yang ditulis penulis populer
♡ Kuadran II : Tema tidak populer yang ditulis penulis tidak populer
♡ Kuadran III : Tema populer yang ditulis penulis populer
♡ Kuadran IV : Tema populer yang ditulis penulis tidak populer.
Dari keempat kuadran tersebut penerbit akan sangat menyukai kuadran tiga yaitu tema populer yang ditulis penulis populer. Dan penerbit akan menolak jika ada naskah dengan tema tidak populer yang ditulis penulis tidak populer.
Sebagai penulis pemula, untuk bisa menembus penerbit mayor, maka usahakan masuk dalam kuadran empat yaitu menulis naskah dengan tema populer walau penulis belum populer. Hal ini masih memungkinkan bagi penerbit untuk menerbitkan naskah kita menjadi buku.
BACA TULISAN TERKAIT :
Bagaimana Mengetahui Suatu Tema Populer Atau Tidak? |
Untuk mengetahuinya relatif mudah yaitu dengan melihat apa yang sedang tren di google tren.
Sebagai contoh perhatikan dua gambar berikut ini :
Gambar 1 |
Gambar 2 |
Gambar pertama merupakan tren dari batu akik. Grafik menunjukan ada peningkatan yang signifikan dan kemudian terjun bebas. Ini berarti tulisan dengan tema batu akik sudah tidak populer saat ini.
Sedangkan pada gambar 2, contoh trending dari kata pemasaran. Grafik atau trend dari pemasaran naik turun tetapi selalu ada. Pola seperti ini termasuk kategori tema yang populer dan kemungkinan diterima oleh penerbit.
Dengan google tren, penerbit juga akan dimudahkan dalam pendistribusian buku dengan tema tertentu yang paling banyak diminati di berbagai daerah Indonesia seperti gambar dibawah.
Demikian ulasan tentang proses bagaimana sebuah naskah buku bisa diterbitkan oleh penerbit mayor.
Untuk melengkapi tulisan ini, bagi pembaca yang berniat menerbitkan buku di Penerbit Andi, bisa juga menghubungi Pak Joko dibawah ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat buat teman Jagoan Banten.
Resume lengkap, tampilan blog menarik. Mantap
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung di blog jagoan banten
DeleteMantap banget resumenya lengkap informatif dan enak dibaca ..
ReplyDeleteNuhun bu kepsek, semangat
DeleteCakep
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteWuiihhh mantaapps..kereenn bgt kang Didi..
ReplyDeleteTerima kasih , krna ini Menambah wawasan saya.
ReplyDeleteResumenya lengkap, tampilan blog juga menarik
ReplyDeletelengkaplah sudah resumenya...
ReplyDelete