Ilustrasi mengapa orang bunuh diri? |
Cukup mengejutkan fakta yang dilansir organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa setiap 1 detik satu orang mati akibat bunuh diri di seluruh dunia.
Dan jika dibandingkan dengan korban perang, angka kematian akibat bunuh diri lebih besar mencapai 800 ribu orang setiap tahunnya (CNN Indonesia).
Fakta lain menyebutkan bahwa negara dengan tingkat bunuh diri paling tinggi di dunia adalah Korea Selatan. Sedangkan tingkat bunuh diri di Indonesia berdasarkan data dari Kemenkes adalah 0,71 persen dari setiap 100.000 penduduk atau sekitar 1.800-an pertahun meninggal akibat bunuh diri (Tribun Jateng).
Melihat tingginya angka bunuh diri tersebut timbul pertanyaan mengapa orang bunuh diri? Bagaimana mengurangi angka bunuh diri?
Penyebab Bunuh Diri Dari Sisi Psikologi
Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa orang yang melakukan bunuh diri adalah orang gila atau tidak waras yang terlepas dari realitas.
Namun kenyataannya, pelaku bunuh diri tidak hilang kontak dengan realitas. Bunuh diri biasanya menjadi salah satu alternatif menyelesaikan masalah saat alternatif lain tidak terlihat.
Menurut Gonda et al. (2012) dan Hawton et al (2013) yang dikutip Nevid et al (2018) menyebutkan bahwa resiko bunuh diri jauh lebih tinggi bagi mereka dengan gangguan mood parah seperti depresi dan gangguan bipolar.
Selain itu, bunuh diri juga dihubungkan dengan beberapa gangguan psikologis lainnya seperti alkoholisme dan kecanduan obat, gangguan kecemasan, anoreksia, gangguan panik, skizofrenia, gangguan kepribadian, gangguan stres pasca trauma, dan gangguan borderline.
Riwayat seseorang yang pernah mengalami upaya percobaan bunuh diri biasanya beresiko lebih besar melakukan bunuh diri dengan tingkat kesuksesan lebih tinggi dari sebelumnya.
Remaja yang pernah melakukan percobaan bunuh diri lebih beresiko memiliki keberhasilan bunuh diri 14 kali lebih tinggi dibanding wanita, dan 22 kali lebih tinggi dibanding pria, atau dibandingkan populasi remaja pada umumnya.
Walau gangguan psikologis memberi sumbangan besar terhadap angka bunuh diri, namun tidak semua bunuh diri terjadi akibat gangguan psikologis. Dalam kasus tertentu, bunuh diri bisa bersifat rasional sebagai alternatif cara mengatasi sakit keras yang sulit disembuhkan dengan keyakinan bahwa hidup tidak layak dijalani karena terus menderita.
Dalam kasus lain, bunuh diri bisa dikaitkan dengan motif politik dan agama. Pada Perang Dunia 2, banyak pasukan Jepang menjadi pasukan bunuh diri untuk membela kepentingan negaranya.
Begitu juga saat terjadinya serangan atas gedung WTC di Amerika Serikat merupakan bunuh diri berdasar motif agama dengan keyakinan akan mendapatkan balasan surga di akhirat nanti.
Dalam model psikodinamika klasik melihat depresi sebagai pengalihan kemarahan dalam diri seseorang terhadap representasi internal dari hilangnya objek yang dicintai. Bunuh diri merupakan bentuk kemarahan yang dialihkan pada diri sendiri dengan tindakan merusak diri.
Selanjutnya Sigmund Freud berspekulasi bahwa bunuh diri mungkin di motivasi insting kematian, sebuah kecenderungan untuk kembali ke kondisi bebas tekanan yang ada sebelum kelahiran.
Selanjutnya Emile Durkheim (1958) mencatat bahwa orang yang merasa tersesat, tanpa identitas, tak memiliki pegangan, lebih mungkin melakukan bunuh diri.
Sedangkan Shneidman (1985) berpendapat bahwa usaha bunuh diri terkait harapan lepas dari sakit psikologis yang tak tertahankan dan mungkin tidak ada jalan keluar lain.
Selain beberapa pendapat di atas, faktor biologis juga menjadi penyebab terjadinya seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Crowell et al (2008) dan beberapa peneliti lain berkeyakinan bahwa faktor genetik dan ketidakseimbangan neurotransmiter yang melibatkan neurotransmiter pengatur mood, serotonin yang terhubung dengan depresi akan memicu perilaku bunuh diri.
Penjelasan lebih lengkap mengenai penyebab bunuh diri dari sisi psikologi silahkan baca buku - buku psikologi yang membahas tema ini.
BACA TULISAN LAIN :
Mengapa Ketika Mendengarkan Khotbah Jumat Mengantuk? Bagaimana Agar Tidak Mengantuk?
Kekuatan Dan Kelemahan Teori - teori Masuknya Hindu Budha Di Indonesia
Penyebab Bunuh Diri Dari Perspektif Agama
Ditinjau dari perspektif agama, dalam hal ini Islam, perilaku bunuh diri mencerminkan lemahnya iman seseorang.
Permasalahan membuatnya depresi sedangkan alternatif pemecahan masalah tidak berhasil ditemukan serta melupakan keberadaan tuhan yang maha kuasa membuat menyerah menghadapi hidup.
Dengan harapan semua masalah akan selesai dengan kematian ia akhirnya melakukan bunuh diri. Padahal jika keimanan seseorang tinggi dan percaya akan kehidupan setelah mati, bunuh diri adalah perbuatan dosa, serta yakin bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan yang diberikan Allah SWT, kemungkinan resiko bunuh diri akan semakin kecil.
Bunuh diri bukan lah sebuah solusi dari masalah, tapi hanya akan menambah masalah bagi orang beriman. Sesulit apapun permasalahan hidup yang ditimpakan kepada manusia pasti sesuai dengan ukuran kesanggupannya.
Banyak firman Allah yang membahas tentang arti dari sebuah penderitaan atau kesulitan hidup sebagai bentuk ujian yang pasti diberikan kepada setiap manusia dengan solusi sholat dan sabar sebagai jawabannya. Bukan dengan bunuh diri.
BACA TULISAN LAIN :
Mengapa Ketika Mendengarkan Khotbah Jumat Mengantuk? Bagaimana Agar Tidak Mengantuk?
Kekuatan Dan Kelemahan Teori - teori Masuknya Hindu Budha Di Indonesia
Cara Bunuh Diri Yang Paling Umum
Dalam mengakhiri hidup, terdapat cara - cara yang umum dilakukan para pelaku bunuh diri diseluruh dunia sebagai berikut :
- Menenggelamkan diri
- Gantung diri
- Minum racun
- Menggunakan senjata api
- Bakar diri
- Meloncat dari ketinggian
- Menghirup gas beracun
- Memotong nadi
- Membakar diri
- Dan lain sebagainya
Pencegahan Bunuh Diri
Orang dengan resiko bunuh diri biasanya akan mudah terlihat dari perubahan perilaku yang terjadi. Walaupun agak sulit memprediksi seseorang akan bunuh diri atau tidak, beberapa perilaku berikut dapat diduga mengindikasikan ke arah perilaku bunuh diri.
1. Berbicara tentang putus asa dan rasa kesepian
2. Mengaku tidak punya alasan untuk hidup
3. Terlalu banyak tidur atau bahkan tidak tidur sama sekali
4. Tidak nafsu makan atau bahkan tidak makan sama sekali
5. Mengkonsumi sesuatu tanpa memikirkan resiko seperti minum alkohol secara berlebihan
6. Menunjukan tanda kecemasan ekstrim
7. Berbicara tentang bunuh diri sebagai jalan keluar
8. Menghindari berinteraksi dengan orang sekitar (menutup diri)
9. Perubahan suasana hati yang dramatis
10. Pernah melakukan upaya bunuh diri yang gagal sebelumnya
Jika menemui beberapa indikasi di atas, walau tidak ada jaminan bahwa orang dengan ciri tersebut akan melakukan bunuh diri, akan tetapi potensi bunuh diri lebih besar dibanding yang lain.
Beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai pencegahan adalah sbeagai berikut :
1. Jika seseorang mengancam akan melakukan bunuh diri, jangan beranggapan bahwa ini adalah cara dalam mencari perhatian. Setiap ancaman bunuh diri harus ditanggapi serius karena biasanya orang yang memiliki niatan bunuh diri memberikan petunjuk akan niatan mereka.
2. Ajak bicara dan buat dia terbuka mengenai berbagai masalah yang sedang dihadapinya.
3. Berikan simpati dan dukungan agar ia mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Tunjukan bahwa masih banyak alternatif pemecahan masalah yang bisa dipilih.
4. Ajak untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mental untuk menemukan solusi gangguan psikologi yang hadapi.
5. Beri pehamanan keagamaan untuk meningkatkan keimanan dan keyakinan bahwa pasti ada jalan keluar dari sebuah masalah.
BACA TULISAN LAIN :
Mengapa Ketika Mendengarkan Khotbah Jumat Mengantuk? Bagaimana Agar Tidak Mengantuk?
Kekuatan Dan Kelemahan Teori - teori Masuknya Hindu Budha Di Indonesia
Kesimpulan
Bunuh diri merupakan pilihan disaat tidak menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Kita harus mengenali beberapa indikasi yang muncul saat orang beresiko melakukan tindakan bunuh diri untuk mencegah terjadinya perilaku tersebut.
Referensi :
https://health.kompas.com/read/2020/01/01/143300368/memahami-penyebab-orang-ingin-bunuh-diri-dan-cara-mencegahnya?amp=1&page=2
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190910023019-255-428942/who-tiap-detik-ada-satu-orang-tewas-bunuh-diri-di-dunia
https://www.google.com/amp/s/jateng.tribunnews.com/amp/2020/09/15/jumlah-kasus-bunuh-diri-meningkat-selama-pandemi-begini-saran-psikolog
Nevid et al. 2018. Psikologi Abnormal. Jakarta : Penerbit Erlangga
Manfaat pak buat menambah ilmu dan wawasan đđ terimakasih
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung
ReplyDelete