Kehilangan Ide Saat Menulis? Ini Solusinya

Salah satu karya Noralia Purwa Yunita, M.Pd



Kagum. Itu kata pertama yang bisa saya tuliskan disini saat harus membuat resume tentang apa yang disampaikan Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd pada acara pelatihan menulis. Dua hal yang mendasari kekaguman saya terhadap Ibu Noralia, pertama, saya sangat kagum karena diusianya yang baru 30-an sudah mampu menerbitkan banyak buku. Kedua, saya kagum dengan caranya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada saat sesi tanya jawab. Susunan kalimat yang cepat dan menarik menggambarkan betapa luasnya perbendaharaan diksi yang dimiliki. Saya yakin, ini tidak terlepas dari kebiasaan beliau dalam membaca dan juga kebiasaan dalam menulis. Keterampilan ini membuat beliau lihai mengolah kata menjadi rangkaian kalimat yang menarik. 

Untuk resume kali ini, saya tidak akan menguraikan terlalu panjang apa yang sudah disampaikan Ibu Noralia, tapi saya akan fokus membagikan beberapa tips yang disampaikan beliau terkait dengan beberapa hambatan dalam menulis. 

Setiap penulis, entah itu penulis buku atau blogger sekalipun, pasti sering dihadapkan pada beberapa kendala. Demikian juga dengan Ibu Noralia. Berikut adalah beberapa permasalahan yang ditemui Ibu Noralia saat menulis serta cara mengatasinya :

1. Terbentur dengan berbagai kesibukan sehingga tidak fokus dalam menulis. Solusinya adalah dengan membuat skala prioritas dan menulis sebisa mungkin menjadi bagian dari skala prioritas pada urutan atas. 

2. Rasa malas dan jenuh saat mau menulis. Masalah ini mungkin akan menghinggapi setiap orang saat melakukan aktivitas yang berulang atau bersifat rutinitas. Solusi untuk mengatasi rasa malas dan jenuh dalam menulis adalah mengalihkan sementara kepada hal - hal yang menyenangkan seperti jalan-jalan, menonton film, mendengarkan musik atau bersantai untuk memanjakan diri sehingga tubuh mulai nyaman dan energi kembali terkumpul. Saat batre semangat sudah terisi, langsung tancap gas kembali untuk menulis. Warning untuk kegiatan bersantai ria tidak boleh lebi dari  satu dua hari. Jika berlebihan, justru rasa malas akan semakin besar dan sulit untuk berkarya lagi.

3. Krisis ide. Semua penulis pasti mengalami saat dimana otak tidak mampu memberikan ide cemerlang dalam menulis. Jika menemui masalah ini, solusi yang ditawarkan Ibu Noralia, meminjam tips dari Akbar Zainudin, segala sesuatu yang kita alami, kita lihat, kita dengar, semua bisa menjadi ide untuk menulis. Sebagai contoh saat menonton film kemudian muncul sebuah perasaan entah itu senang, sedih, atau bahkan mengkritik film tersebut, semua bisa jadi bahan menulis. Demikian pula saat kita melakukan perjalanan misalnya, apa yang kita lihat dan kita rasakan selama perjalanan itu bisa juga menjadi bahan sebuah tulisan. Ide bisa ditemukan dimana pun. Semua aktivitas bisa dijadikan ide dalam menulis. 

4. Minimnya perbendaharaan diksi. Bagaimana bisa menulis dengan gemulai saat perbendaharaan kata sedikit. Saat sedang menulis tiba-tiba terhenti karena kata dalam otak kita habis. Akhirnya kegiatan menulis terhenti. Solusinya adalah dengan banyak membaca. Membaca apapun untuk memperkaya diksi yang kita miliki.

5. Takut salah. Banyak diantara penulis pemula yang enggan mulai menulis karena takut salah dalam menyusun kalimat atau bahkan takut jika tidak sesuai kaidah. Ketakutan lain adalah komentar negatif dari orang yang membaca tulisannya. Jika ini dibiarkan, maka tidak akan terjadi aktivitas menulis yang diharapkan. Solusinya adalah jangan dulu memikirkan kesempuranaan tulisan. Menulis saja dulu. Tuangkan ide - ide menjadi tulisan sampai selesai. Setelah itu baru lakukam editing kalimat - kalimat yang dianggap tidak perlu atau penambahan kata - kata baru serta kaidah lain sesuai EYD. 

Demikian beberapa tips yang disampaikan oleh Ibu Noralia dalam sesi pelatihan ini.  Beberapa ide tersebut sudah saya praktikan dalam mengelola blog jagoan banten ini. Pun demikian dengan teman jagoan banten bisa mengadaptasi tips di atas dalam mengembangkan kemampuan menulis. 

Terakhir, kekaguman saya kepada Ibu Noralia adalah mengenai jawabannya dalam menilai sebuah buku. Menurutnya buku adalah sejarah hidup. Saat sudah tiada, kita akan selalu dikenang dari buku kita.

Semoga bermanfaat yah....

BACA TULISAN LAIN :


14 comments:

  1. Mantap blognya pak dah bnyk iklan, kereeen...

    ReplyDelete
  2. Bagus pak Didi Apriatna ...

    ReplyDelete
  3. Wow, sudah dipraktekkan ternyata! Pantas isinya top markotop. Sukses selalu pak..!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ide itu bs datang dr mana saja..tp pas buntu..mls mikir hehe

      Delete
  4. Ini mah keren pak tulisannya dan blognya

    ReplyDelete
  5. Keren,, blognya sudah ada adsense nya..lanjut berkarya bapak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih banyak atas motivasinya..saya kagum sama ibu. Masih muda tapi sudah banyak karya

      Delete