"Lu jangan lupa bawa tali dan lakban" perintah Joni.
Radit sibuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan.
Golok, linggis, tali, lakban, karung bahkan obat tetes mata.
"Lho kok tetes mata?" protes Rudi.
"Selow bro, lihat aja ntar" jawab Radit.
Ketiganya mengendap-endap ke sebuah rumah di sudut jalan. Rumah itu milik seorang janda muda bernama Dela.
Dari balik jendela mereka melihat Dela sedang tertidur lelap, berbalut kaos oblong longgar berwarna pink. Dan mengenakan ladies boxer sepaha.
Paha putih mulusnya terlihat jelas, begitu juga sembulan dadanya. Ukuran diatas 36 pastinya. Tapi terlihat kencang.
Ketiganya menahan nafas ketika melihat keindahan tubuh Dela. Seolah melihat makanan yang paling lezat di dunia.
Linggis yang mereka bawa pun langsung beraksi. Dengan cekatan mereka mencongkel kunci pintu.
"Ssstt..jangan berisik, nanti Dela bangun" Rudi berbisik pada kedua temannya setelah mereka didalam.
Ketiganya berjalan mengendap. Tujuan mereka sudah jelas. Ke kamar Dela.
Saat mereka sampai di kamar Dela, dan dihadapan mereka seroang janda muda cantik tertidur lelap dengan tubuh indahnya, membuat ngiler ketiganya.
Dela disergap. Rudi memegang kedua tangan. Radit memegang kaki. Sementara Joni berusaha menutup mulut Dela agar tidak teriak.
Dela meronta, tapi tak kuasa melawan tiga laki-laki dengan tubuh kekar ini.
Tali pun mulai digunakan mengikat tangan dan kaki Dela. Mulut di tutup dengan lakban.
Dela hanya bisa memandang ketiga laki-laki itu.
"Siapa duluan?" tanya Rudi.
"Gue" jawab Joni sambil membuka bajunya.
"Kita undi saja biar adil" sela Radit.
Hasil undian Joni mendapat giliran pertama. Ketiga laki-laki itu melepas baju-baju mereka. Tubuh-tubuh kekar terlihat jelas, dengan perut sixpack layaknya seorang pekerja keras.
Dela menatap satu persatu diantara mereka. Dela meronta seolah ingin bicara. Tapi sulit karena tertutup lakban.
"Hey lu diem!" bentak Rudi.
Tapi Dela terus berusaha berbicara.
"Mau ngomong apa sih lu?" tanya Joni sambil melepas celananya karena ia mendapat giliran pertama.
"Buka mulutnya Dit, tapi awas kalau teriak!" perintah Joni.
Lakban itu dibuka. Dela tersengal - sengal akibat kelelahan berusaha untuk bicara.
"Kalian mau apa?" tanya Dela.
"Ya jelas mau tubuh lu" jawab Joni.
"Yaelah, kenapa harus begini, kenapa kalian tidak masuk baik-baik dan minta saja pada saya" jawab Dela
"Maksud lu apa?" tanya ketiga pria itu kompak.
"Kan kalian tahu saya janda, sudah lama saya tidak dapat kehangatan laki-laki, paling bercinta dengan terong atau jari sendiri. Jadi kalau kalian mau bercinta dengan saya, ya saya mau banget" jawab Dela sambil menggoda.
"Astaga" ucap Radit sambil menepuk jidat.
Atas permintaan Dela, ikatan pun dilepas. Dela membuka seluruh pakaiannya. Mereka pun bercinta. Malam itu Dela mewujudkan mimpinya selama ini, bisa bercinta dengan tiga laki-laki sekaligus.
"Dit, tetes mata buat apa?" tanya Rudi ditengah mereka menikmati tubuh Dela.
"Udah nggak penting bro, nikmati saja hidangan kita malam ini" jawab Radit sambil menyeringai.
Sekian.
Catatan :
Cerpen di atas menggambarkan fenomena saat ini saat kesucian atau keperawanan tidak penting lagi, seks bebas sudah umum.
Jika dahulu orang diperkosa akan mempertahankan diri bahkan sampai mati, tapi wanita sekarang justru banyak yang menginginkannya.
Semoga anda wanita, tidak jadi bagian dari kaum seperti itu. Semoga Allah melindungi kita semua. Aamiin
No comments:
Post a Comment