|
Anak sedang belajar |
Jagoan Banten. Beberapa fakta tentang belajar berikut ini mungkin bertentangan dengan asumsi publik selama ini. Namun fakta-fakta ini sudah terbukti melalui penelitian yang dilakukan.
Berikut 9 fakta tentang belajar yang mungkin belum diketahui secara umum:
1. Bermain video game seram dan penuh kekerasan membantu anak-anak menguasai ketakutan mereka di kehidupan nyata
Penelitian yang umum terjadi antara anak dan game biasanya berpusat pada efek negatif game. Asumsi yang berkembang secara umum game bersifat buruk pada perkembangan anak. Terlebih game yang menayangkan aksi seram dan penuh kekerasan.
Namun sebuah penelitian yang dilakukan Cheryl K. Olson yang muncul dalam Review of General Psychology menunjukan bahwa banyak manfaat positif dari video game bagi perkembangan psikologi anak.
Pada beberapa anak yang berjuang melawan depresi, ketakutan dan amarah serta berbagai emosi negatif lain yang bisa memicu kekerasan fisik, video game bisa menjadi alternatif yang aman untuk melepaskan emosi negatif tersebut.
Kesenangan yang diperoleh dari bermain game yang kadang diluar nalar, mulai dari tantangan, penguasaan serta identitas yang berbeda akan mengajak anak berimajinasi serta meredam emosi negatif dan mengurangi hasrat negatif pada kehidupan nyata.
2. Kegiatan praktek IPA di laboratorium tidak membelajarkan anak sama sekali
Banyak yang percaya bahwa belajar dengan praktek akan meningkatkan hasil pembelajaran pada anak. Termasuk dalam hal ini ketika anak mempraktekan sebuah konsep IPA pada sebuah laboratorium.
Tapi ternyata, penelitian yang dilakukan Justin Dillon dari Kings Collage di London menemukan bahwa pembelajaran praktek di laboratorium tidak selalu efektif seperti yang diyakini selama ini.
Petunjuk rinci yang diberikan saat akan melakukan praktek di kebanyakan laboratorium ternyata tidak melatih keterampilan berpikir kritis. Justru dengan media lain semisal pemanfaatan teknologi untuk mempelajari suatu konsep ilmiah dinilai lebih baik dalam proses pembelajaran mengenai prinsip - prinsip ilmiah.
3. Catur membuat anak pintar
Siapa sangka permainan yang murah meriah ini akan membuat anak menjadi lebih pintar. Hal ini dibuktikan oleh Patrick S. McDonald, seorang pecinta catur dan menjadi Koordinator Muda pada Ontario Chess Association.
Ia menyusun berbagai makalah dan penelitian yang menyoroti manfaat catur terutama dalam pendidikan.
Permainan catur memaksa anak memperlambat cara berpikir, berkonsentrasi, menggunakan pemikiran yang tepat, penalaran induktif dan deduktif serta mengenali pola yang sulit dan kompleks. Dengan sering berlatih seperti ini maka keterampilan berpikir anak akan meningkat.
Selain itu catur juga mengajarkan bagaimana anak bisa menerima kekalahan. Kalah atau menang sama berharganya dalam sebuah permainan.
4. Mengajarkan anak pada usia sangat dini kontraproduktif untuk pembelajaran mereka
Sebuah penelitian Alison Gopnik yang disajikan pada artikel di Slate.com memberikan beberapa fakta mengejutkan.
Penelitian tersebut membandingkan dua kelompok anak. Pada kelompok pertama anak dibiarkan bebas bermain dan berbagai aktivitas pembelajaran lain tanpa kehadiran guru. Sedang pada kelompok kedua anak aktivitas anak mendapatkan arahan dan bimbingan guru.
Hasilnya, anak yang mendapat arahan guru tidak mengeksplorasi lebih jauh selain dari petunjuk yang diberikan. Berbeda halnya dengan anak yang dibiarkan bebas berhasil menemukan mekanisme cara kerja dan mekanisme yang sebelumnya tidak pernah diajarkan.
Kesimpulan penelitian ini para psikolog berpendapat bahwa pembelajaran akademis awal berupa pengajaran langsung selain menghambat kreativitas juga menghambat keingintahuan alami anak tentang bagaimana dunia bekerja.
5. Berbicara sendiri dengan suara keras memiliki kemungkinan lebih besar untuk belajar
Berbicara sendiri (self talk) dengan suara keras ternyata bisa dijadikan metode pembelajaran yang efektif agar anak belajar.
Gagasan self talk dimuat dalam artikel Council for Exceptional Children tentang pembelajaran siswa.
Saat seorang siswa sedang mengerjakan soal matematika atau konsep yang sulit, self-talk dapat membantu penalaran dan logika.
Berbicara dengan keras mengaktifkan panca indera lainnya seperti pendengaran untuk dapat menangkap detail-detail kecil yang menghilang saat anak melihat masalah itu berulang kali.
Konsep ini juga berlaku saat anak menulis. Jika seorang anak membaca laporan atau paragraf mereka dengan suara keras, telinganya lebih mampu menangkap ungkapan yang canggung daripada hanya menggunakan mata.
6. Melamun meningkatkan kemampuan otak
Mungkin anda cukup terkejut saat membaca bahwa melamun meningkatkan kemampuan otak. Selama ini melamun identik dengan kegiatan membuang waktu dan kurangnya kemampuan untuk fokus.
Namun penelitian terbaru menemukan yang fakta sebaliknya. Melamun memberikan banyak manfaat bagi pelakunya.
Melamun dikaitkan dengan rentang perhatian yang lebih lama (konsentrasi), tekad yang meningkat, kreativitas dan bahkan IQ yang lebih tinggi.
Pembuktian nyata tentang manfaat melamun bisa dilihat pada Einstein dan Elizabeth Blackburn. Einstein merupakan ilmuwan yang sering melamun.
Sedangkan Elizabeth Blackburn, pemenang hadiah Nobel wanita pertama Australia pernah berkata:
“I think you need time to daydream, to let your imagination take you where it can … Just do that some of the time, because I’ve noticed [that] among the creative, successful scientists who’ve really advanced things, that was a part of their life.”
("Saya pikir Anda perlu waktu untuk melamun, untuk membiarkan imajinasi Anda membawa Anda ke tempat yang bisa ... Lakukan saja itu beberapa kali, karena saya telah memperhatikan [itu] di antara ilmuwan kreatif dan sukses yang benar-benar mengembangkan banyak hal, itu adalah bagian dari hidup mereka. ")
7. Bermain game meningkatkan sikap positif terhadap Matematika
Matematika selama ini dianggap sebagai pelajaran yang membosankan dan kering, penuh dengan soal, rumus, dan ujian yang berulang.
Namun sikap siswa terhadap Matematika berubah drastis saat guru menambahkan permainan ke dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Leicha Bragg dari Deakin University.
Penelitian tersebut mencatat bahwa bermain game membantu mengubah cara pandang anak-anak tentang pelajaran Matematika.
Lebih lanjut, anak mampu mengartikulasikan emosi positif seputar matematika, serta meningkatkan kepercayaan diri tentang berbagai konsep.
Permainan mampu menumbuhkan energi, membangun motivasi dan pada akhirnya kesuksesan pada pembelajaran Matematika.
Dalam hal ini, bermain game matematika membantu mengurangi kejenuhan dalam memecahkan masalah yang berulang-ulang.
8. Anak berperilaku baik ketika orang tua terlibat dalam pendidikan mereka di rumah dan sekolah
Pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak dapat dilihat pada tulisan The NYU Child Student Center tentang orang tua sebagai unsur utama untuk kesuksesan sekolah dan karir anak.
Saat orang tua selalu hadir membantu dalam berbagai aktivitas anak semisal mengerjakan tugas rumah, membaca, pengayaan, serta bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mendapatkan umpan balik tentang perilaku anak, hal ini dapat meminimalisir berbagai gangguan emosi dan situasi negatif yang dapat merusak pendidikan anak.
9. Anak kecil belajar prasangka melalui intruksi, anak lebih besar melalui pengalaman
Sebuah artikel pada Science Daily memberikan wawasan kepada pendidik tentang bagaimana anak-anak membentuk opini tentang diskriminasi dan prasangka.
Ketika beberapa kelompok usia yang berbeda dimasukkan ke dalam kelompok yang berbeda (dengan satu kelompok mendiskriminasi kelompok yang lain).
Pada anak-anak yang lebih muda komentar guru tentang kelompok yang diskriminatif tersebut lebih berpengaruh daripada pengalaman mereka yang sebenarnya. Sedangkan kelompok anak yang lebih tua, mereka mengandalkan pengalaman mereka, dan bukan pendapat guru.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa anak pada usia dini lebih banyak percaya pada orang dewasa sekalipun itu bertentangan dengan pengalaman pribadi mereka.
Ini menunjukan betapa pentingnya peran orang dewasa pada usia dini dalam menanamkan nilai positif termasuk dalam memberikan prasangka atau asumsi terhadap kelompok ras atau etnis diluar lingkungan anak.
Sedangkan pada anak usia kelas V hingga dewasa, mereka lebih mempercayai teman dan apa yang pernah mereka alami sendiri.
Demikian tulisan tentang 9 fakta mengejutkan tentang belajar yang mungkin belum diketahui secara umum.*
*Tulisan ini disadur dari tulisan pada laman teachtought.com yang berjudul 31 Surprising Facts About Learning (That
Challenge The Academic Approach)